BAB 3
ANALISA KASUS
Kasus
Seorang perempuan berumur 68 tahun tinggal
bersama keluarganya, klien mengalami fraktur panggul 2 tahun yang lalu sehingga
berjalan dengan pincang sambil berpegangan pada dinding sekitarnya. Hasil
pengkajian perawat yang datang berkunjung ke rumah klien di dapatkan data kaki
kiri atropi dan kontraktur, kaki kanan lebih panjang 5 cm dari kaki kiri,
kekuatan otot klien adalah
5555
|
5555
|
5555
|
4344
|
Lingkungan rumah tampak berantakan dan gelap.
Keluarga mengatakan klien beberapa kali jatuh saat berjalan, tapi tetap tidak
mau diam, semua aktivitas ingin dilakukan secara mandiri.
3.1.Pengkajian (Friedman)
I.
Data
Umum
1.
Nama
Kepala Keluarga (KK) : Bapak B
2.
Usia
Kepala Keluarga : 38 tahun
3.
Alamat : Jl. Sawoasri
no. 4, RT 04/RW 01 Depok
4.
Pendidikan
Kepala Keluarga : SMA
5.
Pekerjaan
Kepala Keluarga : Karyawan Percetakan
6.
Komposisi
Keluarga
No.
|
Nama
|
Jenis Kelamin
|
Hubungan dengan KK
|
Usia
|
Pendidikan
|
Pekerjaan
|
1.
|
Nenek N
|
Perempuan
|
Ibu Mertua
|
68 tahun
|
SD
|
Ibu Rumah Tangga
|
2.
|
Ibu K
|
Perempuan
|
Istri
|
32 tahun
|
SMA
|
Pedagang
|
3.
|
Anak D
|
Laki-laki
|
Anak
|
10 tahun
|
SD
|
Pelajat
|
Genogram:
Anak D, 10 th
|
Keterangan
: Laki-laki
: Perempuan
: Laki-laki meninggal
|
Bapak S, 28 th
|
Bapak B, 38 th
|
Ibu K 35 th
|
Nenek N, 76 th
|
Kakek S, Asma
|
7.
Tipe
Keluarga
Keluarga besar
(extended family). Suami Nenek N
meninggal tiga tahun yang lalu akibat penyakit asma.
8.
Suku
Keluarga Bapak B berasal dari suku Betawi.
Saat ini Nenek N menempati rumahnya bersama keluarga Bapak B. Ibu K sekaligus
bertanggung jawab merawat Nenek N di rumah. Bapak B dan keluarga biasanya menggunakan bahasa betawi
saat berkomunikasi dengan orang lain. Akan tetapi, Ibu K sendiri
bisa berbahasa sunda karena banyak pembeli yang berbelanja di warungnya adalah
orang sunda.
9.
Agama
Kepercayaan yang dianut keluarga Bapak
B adalah Islam sehingga nilai-nilai
yang diyakini dalam keluarga ini adalah nilai-nilai islam. Nenek N biasanya melaksanakan
ibadah di rumah. Nenek N aktif mengikuti kegiatan keagamaan di kampungnya seperti
acara pengajian sebelum mengalami fraktur panggul 2 tahun yang lalu karena
sulit berjalan. Saat ini, Nenek N hanya mengikuti kegiatan keagamaan pada
hari-hari besar keagamaan saja.
10.
Status
Sosial Ekonomi Keluarga.
Keluarga Bapak B merupakan salah satu
keluarga dengan status ekonomi menengah ke bawah karena penghasilan suami hanya
sebesar Rp. 1.500.000,00 sesuai standar UMR. Bapak B
bekerja di perusahaan percetakan dan selalu pulang pada sore hari. Untuk menambah penghasilan keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, Ibu K membuka
warung dan menjual paket sembako serta menjadi penanggung jawab arisan di
lingkungan tempat tinggalnya. Rumah yang keluarga tempati sekarang ini adalah
rumah peninggalan suami
Nenek N. Oleh karena itu, keluarga
tidak ingin berpindah tempat tinggal karena ini dianggap bisa mengurangi biaya
hidup keluarga dan bisa berfokus pada biaya pendidikan An. D.
11.
Aktivitas
Rekreasi Keluarga.
Keluarga biasanya suka
menonton TV di rumah untuk menghibur diri atau mengurangi kepenatan yang dialami oleh
masing-masing keluarga. Keluarga juga kadang-kadang pergi ke tempat hiburan
seperti mall untuk jalan-jalan bersama keluarga. Komunikasi keluarga selama ini
berjalan cukup baik dan terbuka antar anggota keluarga. Selain itu, arisan
keluarga dan perkumpulan keluarga juga menjadi ajang untuk mengurangi stress
dalam keluarga.
II.
Riwayat
dan Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap Perkembangan Keluarga Saat
Ini: Keluarga berada pada tahap perkembangan keluarga dengan lansia.
1.
Tahap
Perkembangan Keluarga yang belum terpenuhi:
Menurut Friedman (1998), tugas
perkembangan yang ditempuh keluarga adalah:
a.
Mempertahankan
pengaturan hidup yang memuaskan.
Nenek N masih melakukan aktivitas
sehari-hari secara mandiri walaupun Nenek N memimiliki keterbatasan dalam
mobilisasi. Menurut keluarga, Nenek N beberapa kali jatuh saat berjalan karena
kontraktur dan atropi pada kaki kirinya. Namun, keluarga tetap membiarkan Nenek
N melakukan aktivitasnya seperti memasak, menyuci, dan menyapu sendiri karena
Nenek N tidak mau hanya diam di rumah dan ingin melakukan semua aktivitas
secara mandiri.
b.
Penyesuaian
terhadap pendapatan yang menurun
Nenek N sudah tidak memiliki
pengahasilan sejak berhenti bekerja sebagai buruh 10 tahun yang lalu. Nenek N
hanya mendapatkan penghasilan dari kedua anaknya setiap bulan. Jika membutuhkan
uang, Nenek N akan menjual ayam peliharaannya. Nenek N memiliki kartu Jamkesmas
yang akan digunakan untuk meringankan biaya perawatan di pelayanan kesehatan.
c.
Mempertahankan
hubungan perkawinan
Suami Nenek N sudah meninggal 3
tahun yang lalu. Saat ini, Nenek N hanya fokus untuk membantu mengurusi
keluarga Ibu K dan cucunya.
d.
Penyesuaian
diri terhadap kehilangan pasangan
Nenek N sudah dapat melakukan
penyesuaian diri setelah kehilangan suaminya. Nenek N menyibukkan diri dengan
aktivitas rumah tangga sehingga tidak memikirkan lagi suaminya. Kedua anak
Nenek N juga membantu Nenek N untuk tetap dapat beraktivitas seperti biasanya.
e.
Pemeliharaan
ikatan keluarga antargenerasi
Hubungan Nenek N dengan keduanya
masih terjalin dengan baik. Anak kedua Nenek N sering datang menjenguk ibunya
walaupun anak keduanya tinggal di rumah yang terpisah. Keponakan-keponakan
Nenek N juga sering berkunjung ke rumahnya karena rumah mereka tidak jauh
dengan Nenek N.
f.
Meneruskan
untuk memahami eksistensi usia lanjut
Nenek N sering menceritakan masa
lalunya. Nenek N mengatakan bahwa dirinya mudah menyesuaikan diri terhadap
perubahan-perubahan pada usia lanjut yang terjadi pada dirinya termasuk dengan
masalah gangguan mobilisasi yang dialaminya.
2.
Riwayat
Keluarga Inti.
Keluarga ini terbentuk saat Ibu K menikah dengan suaminya, yaitu Bapak B. Menurut
Ibu K, pertemuan Ibu K dan Bapak B terjadi ketika keduanya bekerja di sebuah
percetakan tempat mereka bekerja.
Dari pernikahannya, Ibu K mendapatkan seorang anak laki-laki berumur 10 tahun yang bernama D. Dari awal pernikahan
sampai sekarang keluarga bertempat tinggal dirumah ibu kandung dari istri, dan
akan terus menetap disana. Hal ini didasarkan pada alasan bahwa dengan
demikian dapat mengurangi biaya hidup setiap bulannya. Selain itu, dengan
tinggal bersama Nenek N,
Ibu D tidak perlu khawatir dengan kondisi kesehatan ibunya.
3.
Riwayat
Keluarga Sebelumya (Pihak Suami dan Istri)
Menururt Ibu K, riwayat keluarga
dari Bapak B atau dari Ibu K sebelumnya tidak pernah ada penyakit yang serius.
III.
Lingkungan
1.
Karakteristik
Rumah.
Rumah Bapak B yang ditempati adalah
rumah pribadi pada lahan berukuran 6 m x
20 m. Rumah ini terdiri dari beberapa ruangan, yaitu ruang tamu, ruang
keluarga, tiga kamar tidur, toilet dan dapur. Lingkungan rumah tampak
berantakan dan gelap. Sumber api yang digunakan sehari-hari berasal dari tabung
gas. Sumber air yang digunakan berasal dari sumur. Jarak sumur dengan
septikteng lebih dari 10 meter. Di depan rumah Bapak B terdapat jalan yang
cukup ramai. Di kampung ini, antara rumah penduduk tidak memiliki jarak
sehingga saling menempel.
Denah Rumah:
Keterangan:
:
Pintu
:
Jendela
|
kamar kamar
toko
|
halaman
kamar ruang tamu
2.
Karakteristik
Tetangga dan Komunitas.
Rumah keluarga Bapak B terletak di
pemungkiman yang agak padat. Antara rumah penduduk tidak ada jarak dan menempel
antara rumah. Warga biasanya menggunakan fasilitas kesehatan seperti puskesmas
untuk berobat atau ke rumah sakit langganannya. Di pemungkiman ini terdapat
lapangan yang biasanya digunakan untuk kegiatan warga seperti senam jantung
sehat.
3.
Mobilitas
Geografis Keluarga.
Keluarga Bapak B memiliki dua motor.
Kedua motor tersebut digunakan Bapak B untuk bekerja dan digunakan oleh Ibu K untuk
membeli barang dagangan di pasar atau mengantar anaknya sekolah.
4.
Perkumpulan
Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat.
Semua anggota keluarga berkumpul pada malam hari
setelah Bapak B pulang bekerja dan An. D
pulang bimbingan belajar tambahan. Selain itu, keluarga dengan keluarga yang
lain biasanya berkumpul setiap hari akibat rumah antar keluarganya saling
berdekatan. Karena Nenek N tinggal di rumah bersama Ibu K, rumah keluarga Ibu K lah yang paling sering
disinggahi keluarga yang lain untuk berkumpul bersama. Interaksi keluarga
dengan masyarakat juga cukup baik karena masing-masing menjalani perannya
dengan baik di lingkungan sosial. Perkumpulan yang sering diikuti anggota
keluarga adalah pengajian dan arisan kelompok ibu-ibu di sekitar rumah.
5.
Sistem
Pendukung Keluarga.
Anak kedua Nenek N tinggal di rumah
terpisah dengan Nenek N namun tidak terlalu jauh dari Nenek N. Apabila
memerlukan bantuan kesehatan, tetangga atau keluarga jauh yang tinggal di
perkampungan tersebut juga akan senang hati akan membantu. Jarak fasilitas
kesehatan terdekat, yaitu klinik dan rumah sakityang dibuka 24 jam.
IV.
Struktur
Keluarga
1.
Pola
Komunikasi Keluarga.
Masing-masing anggota keluarga dapat
dengan bebas berkomunikasi satu dengan yang lain, tanpa perlu menunggu waktu
tertentu. Antar anggota keluarga terbina hubungan yang harmonis, dalam
menghadapi suatu permasalahan biasanya dilakukan semacam musyawarah kecil
sebelum memutuskan suatu permasalahan. Komunikasi
dilakukan dengan terbuka. Keluarga
biasanya menggunakan bahasa betawi saat berkomunikasi didalam keluarga. Hal ini dikarenakan seluruh anggota
keluarga berasal dari suku betawi asli.
2.
Struktur
Kekuatan Keluarga.
Pengambil keputusan dalam keluarga ini adalah Ibu K. Namun Ibu K
juga sering terlebih dahulu menceritakan hal-hal yang perlu keputusan tersebut
kepada Bapak B dan Bapak B biasanya akhirnya sepakat dengan keputusan yang
diambil Ibu K.
3.
Struktur
Peran (Formal dan Informal)
a.
Bapak
B berperan sebagai kepala keluarga, pencari nafkah, dan pengambil keputusan.
b.
Ibu
K berperan sebagai pencari nafkah, pengambil keputusan, dan pengatur rumah
tangga.
4.
Nilai
atau Norma Keluarga.
Nilai dan norma budaya keluarga ini sesuai dengan
nilai dari suku dan agama yang mereka anut. Selain itu sesuai juga dengan nilai
dan norma masyarakat sekitarnya.
Peraturan-peraturan yang terdapat
dalam keluarga ini, diantaranya adalah adanya acara berkumpul bersama di malam
hari dan adanya peraturan untuk anak terkait dengan jam keluar malam, yaitu jam sepuluh malam.
V.
Fungsi
Keluarga
1.
Fungsi
Afektif.
Keluarga cukup rukun. Ibu K
tampak sangat memperhatikan keseluruhan kondisi keluarga. Masing-masing anggota keluarga saling memperhatikan kebutuhan
anggota yang lain. Nenek
N tidak mau menyusahkan kedua anaknya untuk menjaga dan merawat dia di rumah
sehingga Nenek N melakukan aktivitasnya sendiri walaupun kesulitan berjalan.
2. Fungsi Sosialisasi.
Fungsi sosialisasi dalam keluarga Bapak B berjalan dengan baik. Bapak B dan keluarga sering mengikuti kegiatan yang dibuat oleh RT setempat. Keluarga ini
juga merupakan orang yang senang mengobrol dengan tetangga-tetangganya. Adik
Ibu K sering datang berkunjung ke rumah Ibu K. Namun, Nenek N tidak terlalu
sering melakukan aktivitas di luar rumah. Nenek N biasanya hanya mengobrol
dengan tetangga di depan rumahnya.
3. Fungsi Perawatan Keluarga.
Keluarga belum terlalu memahami masalah-masalah
kesehatan pada lansia seperti gangguan mobilisasi. Menurut Ibu K, kondisi
mobilisasi Nenek N merupakan hal yang umum terjadi pada lansia. Keluarga belum memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan
masalah kesehatan. Keluarga
tidak melakukan perawatan terhadap Nenek N yang kesulitan dalam melakukan
mobilisasi. Keluarga juga belum pernah melakukan
modifikasi lingkungan pada anggota keluarga dengan masalah kesehatan. Keluarga akan
membawa Nenek N ke fasilitas pelayanan kesehatan atau dukun urut apabila Nenek
N jatuh saat berjalan. Tingkat ekonomi dan transportasi yang dimiliki keluarga Kakek
B mencukupi untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
4. Fungsi Ekonomi.
Penghasilan keluarga berasal dari Bapak B yang bekerja di percetakan dan
penghasilah Ibu K dari usaha tokonya. Keluarga tidak
mempunyai dana khusus untuk kesehatan. Apabila ada anggota keluarga yang sakit,
keluarga menggunakan dana yang ada. Kedua anak Nenek
N juga terkadang memberikan uang kepada Nenek N. Keluarga ini juga masih bisa
menggunakan fasilitas kesehatan dengan Jamkesmas ataupun biaya pribadi.
5. Fungsi Reproduksi.
Nenek N memiliki dua anak dan satu orang cucu
dari anak pertamanya.
VI.
Stres
dan Koping Keluarga
1.
Stressor
yang Dimiliki.
Stressor yang dimiliki Nenek N
adalah kondisinya kakinya yang membuat Nenek N kesulitan melakukan segala hal
sendiri termasuk memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri. Kaki kanan Nenek N yang
lebih panjang 5 cm dan cara jalan yang pincang membuat Nenek N kadang merasa
malu untuk keluar rumah.
2.
Kemampuan
Keluarga Berespons terhadap Situasi/Stresor.
Keluarga memiliki kemampuan yang baik untuk
merespon berbagai masalah yang terjadi di rumahnya. Keluarga memiliki empati
yang besar antara satu anggota keluarga dengan anggota keluarga lainnya. Menurut Keluarga, mereka
sudah menasehati Nenek N untuk mengurangi aktivitasnya namun Nenek N tetap
tidak mau hanya diam saja di rumah. Maka keluarga hanya membiarkan Nenek N
melakukan aktivitas sesuai keinginannya.
3.
Strategi
Koping yang Digunakan.
Anak Nenek N merasa kondisi Nenek
ini merupakan kondisi yang alami sehingga anak Nenek N membiarkan kondisi
tersebut. Keluarga akan mengantarkan
Nenek N berobat ke dokter atau ke dukun urut apabila Nenek N jatuh saat
berjalan
4.
Strategi
Adaptasi Disfungsional: Tidak ditemukan adanya
cara-cara penyelesaian masalah yang maladaptif.
VII.
Harapan
Keluarga
Dengan hadirnya
perawat, keluarga berharap dapat lebih tahu tentang kesehatan, dan anggota
keluarganya bisa lebih sehat dengan berperilaku sehat.
41
|
3.2.Pemeriksaan Fisik
No.
|
Pemeriksaan Fisik
|
Nenek N
|
Bapak B
|
Ibu K
|
Anak D
|
|
1.
|
TTV
|
TD: 135/90 mmHg
R: 15x/menit
N: 83x/menit
S: 37,5oC
|
TD: 120/80 mmHg
R: 20x/menit
N: 87x/menit
S: 37oC
|
TD: 90/70 mmHg
R: 16x/menit
N: 72x/menit
S: 37oC
|
TD: 100/80 mmHg
R: 15x/menit
N: 87x/menit
S: 37oC
|
|
2.
|
Kondisi Umum
|
·
Kesadaran kompos mentis
·
Kondisi umum baik
|
·
Kesadaran kompos mentis
·
Kondisi umum baik
|
·
Kesadaran kompos mentis
·
Kondisi umum baik
|
·
Kesadaran kompos mentis
·
Kondisi umum baik
|
|
3.
|
Kepala
|
·
Rambut sebagian putih
·
Mata konjungtiva tidak anemis, penglihatan sedikit rabun dekat
·
Hidung tidak ada sumbatan
·
Telinga bersih, pendengaran baik
·
Bibir sedikit kering
·
Mulut tidak ada kelainan
·
Lidah merah muda, permukaan berbintik
·
Gigi coklat
|
·
Rambut hitam
·
Mata konjungtiva tidak anemis, penglihatan jelas
·
Hidung tidak ada sumbatan
·
Telinga bersih, pendengaran baik
·
Bibir lembab
·
Mulut tidak ada kelainan
·
Lidah merah muda, permukaan berbintik
·
Gigi bersih
|
·
Rambut hitam
·
Mata konjungtiva tidak anemis, penglihatan jelas
·
Hidung tidak ada sumbatan
·
Telinga bersih, pendengaran baik
·
Bibir lembab
·
Mulut tidak ada kelainan
·
Lidah merah muda, permukaan berbintik
·
Gigi bersih
|
·
Rambut hitam
·
Mata konjungtiva tidak anemis, penglihatan jelas
·
Hidung tidak ada sumbatan
·
Telinga bersih, pendengaran baik
·
Bibir lembab
·
Mulut tidak ada kelainan
·
Lidah merah muda, permukaan berbintik
·
Gigi bersih
|
|
4.
|
Leher
|
·
Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid
·
Teraba denyut vena jugularis
·
Tidak terlihat adanya peningkatan tekanan vena jugularis
|
·
Tidak ada pembengkakan kelenjar
·
tyroid
·
Teraba denyut vena jugularis
·
Tidak terlihat adanya peningkatan tekanan vena jugularis
|
·
Tidak ada pembengkakan kelenjar
·
tyroid
·
Teraba denyut vena jugularis
·
Tidak terlihat adanya peningkatan tekanan vena jugularis
|
·
Tidak ada pembengkakan kelenjar
·
tyroid
·
Teraba denyut vena jugularis
·
Tidak terlihat adanya peningkatan tekanan vena jugularis
|
|
5.
|
Dada
|
·
Pergerakan dada terlihat simetris
·
Suara jantung S1 dan S2, murmur (-)
·
Suara napas vesikuler, ronchi (-), wheezing (-)
|
·
Pergerakan dada terlihat simetris
·
Suara jantung S1 dan S2, murmur (-)
·
Suara napas vesikuler, ronchi (-), wheezing (-)
|
·
Pergerakan dada terlihat simetris
·
Suara jantung S1 dan S2, murmur (-)
·
Suara napas vesikuler, ronchi (-), wheezing (-)
|
·
Pergerakan dada terlihat simetris
·
Suara jantung S1 dan S2, murmur (-)
·
Suara napas vesikuler, ronchi (-), wheezing (-)
|
|
6.
|
Abdomen
|
·
Perut terlihat bersih
·
Warna kulit kecoklatan
·
Tidak ada pembesaran organ
·
Suara bising usus normal
|
·
Perut terlihat bersih
·
Warna kulit kecoklatan
·
Tidak ada pembesaran organ
·
Suara bising usus normal
|
·
Perut terlihat bersih
·
Warna kulit kecoklatan
·
Tidak ada pembesaran organ
·
Suara bising usus normal
|
·
Perut terlihat bersih
·
Warna kulit kecoklatan
·
Tidak ada pembesaran organ
·
Suara bising usus normal
|
|
7.
|
Genitalia
|
Normal
|
Normal
|
Normal
|
Normal
|
|
9.
|
Rektal
|
Tidak
ada impaksi fekal
|
Tidak
ada impaksi fekal
|
Tidak
ada impaksi fekal
|
Tidak
ada impaksi fekal
|
|
10.
|
Ekstremitas
|
·
Warna kulit kecoklatan
·
Tangan kanan dan kiri simetris.
·
Kaki kanan lebih panjang 5 cm dari kaki kiri
·
Tidak terdapat varises di kaki
·
Teraba arteri brakhialis.
·
Kulit sedikit kering
·
Kaki kiri atropi dan kontraktur
·
Kekuatan otot klien
|
·
Warna kulit kecoklatan
·
Tangan kanan dan kiri simetris.
·
Kaki kanan dan kiri simetris
·
Tidak terdapat varises di kaki
·
Teraba arteri brakhialis.
·
Tidak terdapat edema
·
Kulit lembab dan elastis
·
Tidak menderita kelumpuhan (kekuatan otot
baik)
|
·
Warna kulit kecoklatan
·
Tangan kanan dan kiri simetris.
·
Kaki kanan dan kiri simetris
·
Tidak terdapat varises di kaki
·
Teraba arteri brakhialis.
·
Tidak terdapat edema
·
Kulit lembab dan elastis
·
Tidak menderita kelumpuhan (kekuatan otot
baik)
|
·
Warna kulit kecoklatan
·
Tangan kanan dan kiri simetris.
·
Kaki kanan dan kiri simetris
·
Tidak terdapat varises di kaki
·
Teraba arteri brakhialis.
·
Tidak terdapat edema
·
Kulit lembab dan elastis
·
Tidak menderita kelumpuhan (kekuatan otot
baik)
|
|
5555
|
5555
|
|||||
5555
|
4344
|
3.3.
44
|
No.
|
Data
|
Masalah Keperawatan
|
1.
|
DS: Nenek N mengatakan bahwa ingin melakukan seluruh aktivitas secara
mandiri. Keluarga mengatakan klien beberapa kali jatuh saat berjalan.
DO: Nenek N memiliki riwayat fraktur panggul 2 tahun yang lalu. Kaki
kiri Nenek N mengalami atrofi dan kontrkatur. Kaki kanan lebih panjang 5 cm
dari kaki kiri. Kekuatan otot ekstrimitas kiri bawah menurun.
|
Ganggungan mobilitas fisik pada keluarga Bapak B, khususnya Nenek N.
|
2.
|
DS: Keluarga mengatakan tidak melakukan modifikasi lingkungan atau
perawatan khusus untuk Nenek N. Keluarga mengatakan klien beberapa kali jatuh
saat berjalan.
DO: Nenek N memiliki riwayat fraktur panggul 2 tahun yang lalu.
|
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Bapak B,
khususnya Nenek N.
|
3.
|
DS: Nenek N mengaku malu untuk beraktivitas di luar rumah karena Nenek
N berjalan dengan pincang.
DO: Nenek N hanya mengobrol dengan tetangga di depan rumahnya.
|
Gangguan citra tubuh keluarga Bapak B, khususnya Nenek N.
|
4.
|
DS: Keluarga mengatakan klien beberapa kali jatuh saat berjalan.
DO: Nenek N melakukan semua aktivitas ingin melakukan secara mandiri. Rumah
Nenek N tampak gelap dan berantakan.
|
Resiko jatuh pada keluarga Bapak B, khususnya Nenek N.
|
3.4.Skoring Masalah Keperawatan
Diagnose keperawatan 1:
Ganggungan mobilitas fisik pada keluarga Bapak B, khususnya Nenek N (NANDA,
2012).
No.
|
Kriteria
|
Bobot
|
Pebenaran
|
1.
|
Sifat masalah
Skala: aktual
|
3/3 x 1 = 1
|
Nenek N berjalan dengan berpincang dambil berpegangan pada dinding.
|
2.
|
Kemungkinan masalah dapat diubah: mudah
|
2/2 x 2 = 2
|
Nenek N masih memiliki anak-anak dan seorang cucu. Anak pertama
sekarang tinggal bersama Nenek N di rumah Nenek N. Rumah Nenek N tidak jauh
dari fasilitas kesehatan.
|
3.
|
Potensial masalah untuk dicegah
Skala: tinggi
|
3/3 x 1 =1
|
Nenek N masih mau melakukan aktivitas secara mandiri.
|
4.
|
Menonjolkan masalah
Skala: masalah berat, harus segera ditangani
|
2/2 x 1 = 1
|
Kondisi Nenek N saat ini berdampak negative terhadap kualitas hidupnya
sehingga Nenek N tidak mampu melakukan aktivitas yang bermanfaat lagi.
|
Diagnose keperawatan 2:
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Bapak B, khususnya
Nenek N (NANDA, 2012).
No.
|
Kriteria
|
Bobot
|
Pebenaran
|
1.
|
Sifat masalah
Skala: aktual
|
3/3 x 1 = 1
|
Kaki kiri Nenek N mengalami atrofi
dan kontraktur.
|
2.
|
Kemungkinan masalah dapat diubah: mudah
|
2/2 x 2 = 2
|
Nenek N masih memiliki anak-anak
dan seorang cucu. Anak pertama sekarang tinggal bersama Nenek N di rumah
Nenek N. Rumah Nenek N tidak jauh dari fasilitas kesehatan.
|
3.
|
Potensial masalah untuk dicegah
Skala: tinggi
|
2/3 x 1 =2/3
|
Kondisi Nenek N sudah berlangsung
sejak 2 tahun yang lalu dan keluarga tidak melakukan perawatan.
|
4.
|
Menonjolkan masalah Skala: ada masalah, tetapi
tidak perlu segera ditangani
|
1/2 x 1 = 1/2
|
Menurut keluarga masalah belum
perlu segera ditangani.
|
Diagnosa keperawatan 3:
Gangguan citra tubuh keluarga Bapak B, khususnya Nenek N (NANDA, 2012).
No.
|
Kriteria
|
Bobot
|
Pebenaran
|
1.
|
Sifat masalah
Skala: actual
|
3/3 x 1 = 1
|
Nenek N lebih sering berada di dalam rumah dari pada di luar rumah.
|
2.
|
Kemungkinan masalah dapat diubah: sebagian
|
1/2 x 2 = 1
|
Anak yang tinggal bersama Nenek N di rumah hanya berada di rumah sibuk
bekerja. Tingkat ekonomi Nenek N dan anak-anaknya cukup untuk melakukan
perawatan.
|
3.
|
Potensial masalah untuk dicegah
Skala: sedang
|
1/3 x 1 =1/3
|
Nenek N sudah 2 tahun jarang keluar rumah.
|
4.
|
Menonjolkan masalah
Skala: Masalah tidak dirasakan.
|
0/2 x 1 = 1
|
Keluarga tidak melihat masalah tersebut
|
Diagnosa keperawatan 4:
Resiko jatuh pada keluarga Bapak B, khususnya Nenek N.
No.
|
Kriteria
|
Bobot
|
Pebenaran
|
1.
|
Sifat masalah
Skala: resiko
|
2/3 x 1 = 2/3
|
Rumah keluarga Nenek N tampak gelap dan berantakan. Anak terakhir Nenek
N menyadari hal ini namun tidak memiliki waktu yang cukup untuk melakukan
pemeliharaan rumah.
|
2.
|
Kemungkinan masalah dapat diubah: sebagian
|
1/2 x 2 = 1
|
Anak yang tinggal bersama Nenek N di rumah hanya berada di rumah sibuk
bekerja. Tingkat ekonomi Nenek N dan anak-anaknya cukup untuk melakukan
perawatan.
|
3.
|
Potensial masalah untuk dicegah
Skala: sedang
|
2/3 x 1 =1/3
|
Kondisi rumah Nenek N yang gelap dan tidak terawat belum dicoba untuk
diatasi oleh keluarga di rumah Nenek N. Masalah ini berlangsung sudah lama.
|
4.
|
Menonjolkan masalah
Skala: masalah berat, harus segera ditangani
|
2/2 x 1 = 1
|
Keluarga mengatakan klien beberapa kali jatuh saat berjalan.
|
3.5.Rencana
Asuhan Keperawatan Keluarga
48
|
KHUSUSNYA NENEK N DENGAN MASALAH PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan Umum
|
Tujuan Khusus
|
Kriteria Evaluasi
|
Intervensi
|
|
Kriteria
|
Standar
|
||||
Ganggungan mobilitas fisik pada
keluarga Bapak B, khususnya Nenek N
|
Setelah dilakukan pertemuan 3x30
menit, Nenek N melaporkan pengontrolan tingkat nyeri yang adekuat dan menunjukkan
peningkatan kemampuan fungsional mobilisasi.
|
Setelah dilakukan pertemuan 1x30
menit, keluarga:
1.
Mampu mengenal masalah fraktur panggul dengan:
Menyebutkan pengertian.
|
Respon verbal
|
Frkatur panggul adalah terputusnya
struktur truktur tulang panggul.
|
a.
Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai
pengertian fraktur panggul.
b.
Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar.
c.
Berikan informasi kepada keluarga mengenai pengertian fraktur panggul dengan
menggunakan leaflet.
d.
Berikan kesempatan keluarga bertanya tentang materi yang disampaikan.
e.
Berikan penjelasan ulang tentang materi yang belum dimengerti.
f.
Motivasi keluarga untuk mengulangi materi yang telah dijelaskan.
g.
Berikan reinforcement atas usaha keluarga.
|
Menyebutkan
penyebab timbulnya fraktur panggul.
|
Respon verbal
|
Keluarga dapat menyebutkan 2 dari 3
penyebab fraktur panggul:
·
Osteoporosis
·
Jatuh atau tubrukan yang kuat
·
Kurang asupan kalsium dan vitamin D
|
a.
Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai
penyebab timbulnya fraktur panggul.
b.
Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang
benar.
c.
Berikan informasi kepada keluarga mengenai penyebab fraktur panggul dengan
menggunakan leaflet.
d.
Berikan kesempatan keluarga bertanya tentang materi yang disampaikan.
e.
Berikan penjelasan ulang tentang materi yang belum dimengerti.
f.
Motivasi keluarga untuk mengulangi materi yang telah dijelaskan.
g.
Berikan reinforcement atas usaha keluarga.
|
||
Menyebutkan tanda dan gejala fraktur
panggul.
|
Respon verbal
|
Keluarga dapat menyebutkan 2 dari 4
tanda gejala fraktur panggul, yaitu:
·
Tidak mampu bergerak setelah jatuh
·
Nyeri hebat di pinggul atau paha
·
Kekakuan, memar, dan pembengkakan di daerah sekitar pinggul
·
Kaki di sisi pinggul yang terluka lebih pendek
|
a.
Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai tanda
dan gejala fraktur panggul.
b.
Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai
tanda dan gejala yang benar.
c.
Berikan informasi kepada keluarga mengenai tanda dan gejala fraktur
panggul dengan menggunakan leaflet.
d.
Berikan kesempatan keluarga bertanya tentang materi yang disampaikan.
e.
Berikan penjelasan ulang tentang materi yang belum dimengerti.
f.
Motivasi keluarga untuk mengulangi materi yang telah dijelaskan.
g.
Berikan reinforcement atas usaha keluarga.
|
||
Mengidentifikasi anggota keluarga
yang terkena fraktur panggul.
|
Respon verbal
|
Keluarga mengidentifikasi Nenek N
menderita fraktur panggul berdasarkan tanda dan gejala.
|
a.
Tanyakan kepada keluarga apakah tanda dan gejala fraktur panggul dialami
oleh anggota keluarga.
b.
Berikan reinforcement positif atas apa yang dikemukakan keluarga.
|
||
2.
Mampu mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga dengan
masalah kesehatan fraktur panggul, dengan:
Menyebutkan akibat fraktur panggul.
|
Respon verbal
|
Keluarga mampu menyebabkan 2 dari 4
akibat fraktur panggul:
·
Bekuan darah di kaki atau tulang
·
Luka baring
·
Infeksi saluran urin
·
Pneumonia
|
a.
Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai
akibat fraktur panggul.
b.
Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai
akibat yang benar.
c.
Berikan informasi kepada keluarga mengenai akibat fraktur panggul dengan
menggunakan leaflet.
d.
Berikan kesempatan keluarga bertanya tentang materi yang disampaikan.
e.
Berikan penjelasan ulang tentang materi yang belum dimengerti.
f.
Motivasi keluarga untuk mengulangi materi yang telah dijelaskan.
g.
Berikan reinforcement atas usaha keluarga.
|
||
Mengambil keputusan untuk
mengatasi fraktur panggul.
|
Respon verbal
|
Keluarga mengatakan akan mengatasi
fraktur panggul.
|
a.
Bantu keluarga untuk mengenal dan menyadari akan adanya masalah fraktur
panggul dalam keluarga.
b.
Bantu keluarga untuk memutuskan merawat anggota keluarga yang sakit.
c.
Berikan reinforcement atas keputusan yang telah diambil.
|
||
3.
Mampu melakukan perawatan sederhana anggota keluarga dengan fraktur
panggul, dengan:
Menyebutkan cara pencegahan fraktur
panggul.
|
Respon verbal
|
Keluarga mampu menyebutkan minimal
3 dari 5 cara pencegahan fraktur panggul, yaitu:
·
Olahraga ringan yang teratur (misal jalan cepat atau jogging minimal 30 menit sebanyak 3
kali seminggu)
·
Kurangi konsumsi kafein
·
Tidak merokok dan meminum alkohol
·
Atur furniture di rumah agar tidak tersandung
·
Pastikan lantai tidak licin
|
a.
Dorong keluarga untuk menceritakan apa yang dilakukan saat fraktur
panggul dirasakan dan bagaimana hasilnnya.
b.
Diskusikan cara pencegahan fraktur panggul dengan menggunakan leaflet.
c.
Motivasi keluarga untuk mengulangi materi yang telah dijelaskan.
d.
Berikan reinforcement atas usaha keluarga.
|
||
Menyebutkan perawatan anggota
keluarga yang mengalami
|
Respon verbal
|
Keluarga dapat menyebutkan 2 dari 3
cara perawatan fraktur panggul:
·
Kompres
·
Latihan Range of Motion
(ROM)
·
Penggunaan alat bantu jalan (walker)
|
a.
Diskusikan dengan keluarga tentang cara perawatan fraktur panggul.
b.
Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.
c.
Tanyakan kembali pada keluarga tentang cara perawatan fraktur panggul.
d.
Berikan reinforcement positif pada keluarga.
|
||
Setelah dilakukan pertemuan kedua
selama 1x30menit, anggota keluarga mampu melakukan:
Kompres Dingin
Kompres Hangat
Latihan Range of Motion (ROM) Pasif
Setelah dilakukan pertemuan kedua
selama 1x30menit, anggota keluarga mampu melakukan:
Penggunaan alat bantu jalan
(walker)
|
Respon psikomotor
Respon psikomotor
Respon psikomotor
Respon psikomotor
|
Anggota keluarga mampu melakukan kompres
dingin untuk mengurangi nyeri akut atau pembengkakan akibat cidera tiba-tiba,
yaitu:
·
Gunakan kantong berisi es batu/air es atau handuk yang dicelupkan ke
dalam air dingin.
·
Kompres di dekat lokasi nyeri, disisi tubuh yang berlawanan tetapi
berhubungan dengan lokasi nyeri, atau dilokasi yang terletak antara otak dan
lokasi nyeri.
·
Lakukan dalam waktu <5 menit, 5-10 menit dan 20-30
menit atau setiap 2 jam sekali tergantung pada tingkat nyeri dan pembengkakan
.
Anggota keluarga mampu melakukan
kompres hangat untuk mengurangi nyeri kronis dan merelaksasi otot-otot akibat cidera
lama, yaitu:
·
Tempelkan kantong
karet/ botol yang berisi air hangat atau handuk yang telah dicelupkan ke
dalam air hangat dengan temperatur 40-50ºC (jangan sampai terlalu panas atau
sesuaikan panasnya dengan kenyamanan yang akan dikompres) ke bagian tubuh
yang nyeri.
·
Peras kain yang
digunakan untuk mengkompres agar tidak terlalu basah.
·
Lakukan kompres hangat
selama sekitar 15-20 menit atau dapat diperpanjang.
·
Sebaiknya
diikuti dengan latihan pergerakan atau pemijatan.
Anggota keluarga mampu melakukan
latihan ROM pasif untuk meningkatkan kekuatan dan
kelenturan otot serta
mencegah kontraktur dan kekakuan pada persendian, yaitu:
a.
Berbaring dalam posisi yang
nyaman.
b.
Anjurkan bernapas normal
selama latihan.
c.
Lakukan gerakan fleksi
(menekuk persendian), ekstensi (meluruskan persendian), abduksi (satu anggota
tubuh kearah mendekati aksis tubuh), adduksi (satu anggota tubuh kea rah
menjauhi aksis tubuh), rotasi (memutar atau menggerakkan satu bagian
melingkari aksis tubuh), pronasi (memutar ke bawah), supinasi (memutar ke
atas), inverse (gerakan ke dalam), dan eversi (gerakan ke luar).
Anggota keluarga mampu melakukan
penggunaan alat bantu jalan walker, yaitu:
a.
Walker harus selalu berada di
keempat kaki saat berhenti.
b.
Posisi tubuh yang benar harus
dipertahankan, yaitu postur tegak, siku sedikit menekuk, pergelangan tangan memanjang,
dan bahu santai.
c.
Sepatu yang kuat, nyaman, dan
bersol keras harus dipakai.
d.
Walker dan kaki yang cedera
harus pindah bersama-sama.
e.
Waspada dengan bahaya seperti
permukaan yang tidak rata atau lantai basah.
|
a.
Diskusikan cara kompres dingin untuk mengurangi nyeri akut atau
pembengkakan akibat cidera tiba-tiba.
b.
Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara melakukan kompres
dingin untuk mengurangi nyeri akut atau pembengkakan akibat cidera tiba-tiba.
c.
Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan yang dicapai
keluarga.
a.
Diskusikan cara kompres hangat untuk mengurangi nyeri kronis dan merelaksasi otot-otot
akibat cidera lama.
b.
Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara melakukan kompres
hangat untuk mengurangi nyeri kronis dan merelaksasi otot-otot akibat cidera
lama.
c.
Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan yang dicapai
keluarga.
a.
Diskusikan cara latihan ROM pasif untuk meningkatkan kekuatan dan
kelenturan otot serta
mencegah kontraktur dan kekakuan pada persendian.
b.
Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara melakukan latihan ROM pasif untuk meningkatkan kekuatan dan kelenturan
otot serta
mencegah kontraktur dan kekakuan pada persendian.
c.
Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan yang dicapai
keluarga.
a.
Diskusikan cara penggunaan alat bantu jalan walker.
b.
Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara penggunaan alat bantu
jalan walker.
c.
Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan yang dicapai
keluarga.
|
||
Melakukan cara perawatan fraktur
panggul.
|
Respon afektif
|
Keluarga melakukan cara perawatan fraktur
panggul
|
a.
Evaluasi kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan fraktur
panggul.
b.
Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan yang dicapai oleh
keluarga.
|
||
4.
Memodifikasi lingkungan yang sesuai untuk penderita fraktur panggul,
dengan:
Menyebutkan cara memodifikasi
lingkungan untuk penderita fraktur panggul.
|
Respon verbal
|
Anggota keluarga mampu menyebutkan
minimal 2 dari 4 modifikasi lingkungan yang sesuai untuk penderita fraktur panggul,
yaitu:
·
Menambahkan karpet anti slip untuk menghindari lantai licin.
·
Meningkatkan pencahayaan ruangan dengan menambahkan lampu.
·
Memasang pegangan tangan ditempat yang di perlukan seperti
misalnya di kamar mandi.
·
Menyingkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset
dari jalan yang biasa untuk melintas.
|
a.
Diskusikan cara memodifikasi lingkungan untuk penderita fraktur
panggul.
b.
Jelaskan cara memodifikasi lingkungan untuk penderita fraktur panggul.
c.
Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara memodifikasi
lingkungan.
d.
Tanyakan kepada keluarga materi yang belum jelas.
e.
Jelaskan kepada keluarga materi yang belum dimengerti.
Berikan reinforcement terhadap
kemampuan yang dicapai keluarga.
|
||
·
Mendemonstrasikan peningkatkan pencahayaan ruangan dengan menambahkan
lampu.
.
|
Respon psikomotor
|
Keluarga dapat mendemonstrasikan
cara modifikasi lingkungan dengan peningkatkan pencahayaan ruangan dengan
menambahkan lampu.
|
a.
Diskusikan dengan keluarga cara peningkatkan pencahayaan ruangan
dengan menambahkan lampu.
b.
Demonstrasikan cara peningkatkan pencahayaan ruangan dengan
menambahkan lampu.
c.
Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali apa yang diajarkan
mengenai peningkatkan pencahayaan ruangan dengan menambahkan lampu.
d.
Ulangi redemonstrasi jika keluarga masih memerlukan.
e.
Berikan reinsforcement positif atas upaya keluarga
|
||
Melakukan
cara modifikasi lingkungan.
|
Respon afektif
|
Keluarga melakukan cara modifikasi
lingkungan.
|
a.
Evaluasi kemampuan keluarga dalam modifikasi lingkungan untuk anggota
keluarga dengan fraktur panggul.
b.
Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan yang dicapai oleh
keluarga.
|
||
5.
Mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk melakukan
perawatan fraktur panggul, dengan:
Menyebutkan tempat pelayanan
kesehatan untuk dirujuk.
|
Respon verbal
|
Keluarga dapat menyebutkan
fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi:
·
Puskesmas
·
Rumah sakit
·
Klinik dokter
|
a.
Diskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas kesehatan yang ada di
sekitar tempat tinggal.
b.
Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali fasilitas kesehatan yang
dapat dikunjungi.
c.
Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
|
||
Menyebutkan manfaat fasilitas
kesehatan.
|
Respon verbal
|
Keluarga dapat menyebutkan manfaat
kunjungan ke fasilitas kesehatan, yaitu mendapatkan pemeriksaan, mendapatkan
perawatan, mendapatkan penyuluhan atau pendidikan kesehatan.
|
a.
Diskusikan bersama keluarga mengenai manfaat fasilitas kesehatan yang
ada di sekitar tempat tinggal.
b.
Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali fasilitas kesehatan yang
dapat dikunjungi.
c.
Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
|
||
Mengunjungi fasilitas pelayanan
kesehatan untuk memeriksa penyakit fraktur panggul.
|
Respon afektif
|
Keluarga memanfaatkan pelayanan
kesehatan untuk pemeriksaan dan pengobatan fraktur panggul dengan menunjukkan
kartu kesehatan.
|
a.
Motivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan.
b.
Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga untuk menggunakan
fasilitas pelayanan kesehatan.
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan Umum
|
Tujuan Khusus
|
Kriteria Evaluasi
|
Intervensi
|
|
Kriteria
|
Standar
|
||||
Ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan pada keluarga Bapak B, khususnya Nenek N
|
Setelah dilakukan pertemuan 2x30
menit, Nenek N mengkonsumsi kebutuhan diet dan mendemonstrasikan modifikasi
gaya hidup untuk mengurangi resiko dampak osteoporosis.
|
Setelah dilakukan pertemuan 1x30
menit, keluarga:
1.
Mampu mengenal masalah osteoporosis dengan:
Menyebutkan pengertian.
|
Respon verbal
|
Osteoporosis adalah proses
bertahap kehilangan masa tulang yang mempengaruhi semua orang dewasa dengan
berbagai derajat dan merupakan faktor predisposisi lansia untuk mengalami
fraktur.
|
a.
Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai
pengertian osteoporosis.
b.
Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar.
c.
Berikan informasi kepada keluarga mengenai pengertian osteoporosis
dengan menggunakan leaflet.
d.
Berikan kesempatan keluarga bertanya tentang materi yang disampaikan.
e.
Berikan penjelasan ulang tentang materi yang belum dimengerti.
f.
Motivasi keluarga untuk mengulangi materi yang telah dijelaskan.
g.
Berikan reinforcement atas usaha keluarga.
|
Menyebutkan
penyebab timbulnya osteoporosis.
|
Respon verbal
|
Keluarga dapat menyebutkan 3 dari
5 penyebab osteoporosis:
·
Penurunan hormon estrogen
·
Pertambahan usia
·
Riwayat keluarga
·
Diet rendah kalsium dan vitamin D
·
Merokok
dan minum alkohol
|
a.
Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai
penyebab timbulnya osteoporosis.
b.
Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang
benar.
c.
Berikan informasi kepada keluarga mengenai penyebab osteoporosis
dengan menggunakan leaflet.
d.
Berikan kesempatan keluarga bertanya tentang materi yang disampaikan.
e.
Berikan penjelasan ulang tentang materi yang belum dimengerti.
f.
Motivasi keluarga untuk mengulangi materi yang telah dijelaskan.
g.
Berikan reinforcement atas usaha keluarga.
|
||
Menyebutkan tanda dan gejala
osteoporosis
|
Respon verbal
|
Keluarga dapat menyebutkan 3 dari
6 tanda gejala osteoporosis, yaitu:
·
Nyeri pada tulang
·
Kelainan bentuk tulang
·
Patah tulang
·
Penyembuhan patah tulang lambat
·
Postur bungkuk
·
Kelelahan
|
a.
Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai tanda
dan gejala osteoporosis.
b.
Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai
tanda dan gejala yang benar.
c.
Berikan informasi kepada keluarga mengenai tanda dan gejala
osteoporosis dengan menggunakan leaflet.
d.
Berikan kesempatan keluarga bertanya tentang materi yang disampaikan.
e.
Berikan penjelasan ulang tentang materi yang belum dimengerti.
f.
Motivasi keluarga untuk mengulangi materi yang telah dijelaskan.
g.
Berikan reinforcement atas usaha keluarga.
|
||
Mengidentifikasi anggota keluarga
yang terkena osteoporosis.
|
Respon verbal
|
Keluarga mengidentifikasi Nenek N
menderita osteoporosis berdasarkan tanda dan gejala.
|
a.
Tanyakan kepada keluarga apakah tanda dan gejala osteoporosis dialami
oleh anggota keluarga.
b.
Berikan reinforcement positif atas apa yang dikemukakan keluarga.
|
||
2.
Mampu mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga dengan
masalah kesehatan osteoporosis, dengan:
Menyebutkan akibat osteoporosis.
|
Respon verbal
|
Keluarga mampu menyebabkan 2 dari
4 akibat osteoporosis:
·
Tulang mudah patah
·
Rasa nyeri
·
Radang sendi
·
Deformasi
|
a.
Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai
akibat osteoporosis.
b.
Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai
akibat yang benar.
c.
Berikan informasi kepada keluarga mengenai akibat osteoporosis dengan
menggunakan leaflet.
d.
Berikan kesempatan keluarga bertanya tentang materi yang disampaikan.
e.
Berikan penjelasan ulang tentang materi yang belum dimengerti.
f.
Motivasi keluarga untuk mengulangi materi yang telah dijelaskan.
g.
Berikan reinforcement atas usaha keluarga.
|
||
Mengambil keputusan untuk
mengatasi osteoporosis
|
Respon verbal
|
Keluarga mengatakan akan mengatasi
osteoporosis
|
a.
Bantu keluarga untuk mengenal dan menyadari akan adanya masalah
osteoporosis dalam keluarga.
b.
Bantu keluarga untuk memutuskan merawat anggota keluarga yang sakit.
c.
Berikan reinforcement atas keputusan yang telah diambil.
|
||
3.
Mampu melakukan perawatan sederhana anggota keluarga dengan
osteoporosis, dengan:
Menyebutkan cara pencegahan
osteoporosis.
|
Respon verbal
|
Keluarga mampu menyebutkan minimal
3 dari 5 cara pencegahan osteoporosis, yaitu:
·
Olahraga ringan yang teratur (misal jalan cepat atau jogging minimal 30 menit sebanyak 3
kali seminggu).
·
Kurangi konsumsi kafein
·
Tidak merokok dan meminum alkohol
·
Jaga berat badan ideal
·
Lakukan pemeriksaan kepadatan tulang (BMD/Bone Mineral Density)
|
a.
Dorong keluarga untuk menceritakan apa yang dilakukan saat
osteoporosis dirasakan dan bagaimana hasilnnya.
b.
Diskusikan cara pencegahan osteoporosis dengan menggunakan leaflet.
c.
Motivasi keluarga untuk mengulangi materi yang telah dijelaskan.
d.
Berikan reinforcement atas usaha keluarga.
|
||
Menyebutkan perawatan anggota
keluarga yang mengalami
|
Respon verbal
|
Keluarga dapat menyebutkan 2 dari 4
cara perawatan osteoporosis:
·
Suplemen kalsium
·
Diet rendah purin (1500 kkal)
·
Diet tinggi kalsium (1500 mg) dan vitamin D
·
Terapi estrogen
|
a.
Diskusikan dengan keluarga tentang cara perawatan osteoporosis.
b.
Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.
c.
Tanyakan kembali pada keluarga tentang cara perawatan osteoporosis.
d.
Berikan reinforcement positif pada keluarga.
|
||
Setelah dilakukan pertemuan kedua
selama 1x30menit, anggota keluarga mampu melakukan:
Diet tinggi kalsium dan vitamin D
Diet rendah purin
|
Respon psikomotor
Respon psikomotor
|
Anggota keluarga mampu melakukan diet
tinggi kalsium dan vitamin D untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan kalsium dan
vitamin D, yaitu:
·
Sarapan: nasi, tumis sayur
campur teri medan, pepes tahu, apel, susu
·
Snack: lumpia isi sayur
·
Makan siang: nasi, capcay (kombinasi brokoli, wortel, dll), tempe,
papaya, yoghurt
·
Makan malam: nasi, sup sayur,
bakso ikan, nanas.
Anggota keluarga mampu melakukan
diet rendah purin, yaitu:
·
Sarapan: Nasi, telur mata
sapi, tumis wortel+labu, susu
·
Snack: pisang
·
Siang: nasi, ikan bakar,
tempe goreng, cah sawi, papaya
·
Malam: nasi, semur ayam,
pepes tahu, tumis kacang, pisang
|
a.
Diskusikan cara diet tinggi kalsium dan vitamin D untuk memenuhi
kebutuhan kebutuhan kalsium dan vitamin D.
b.
Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara diet tinggi kalsium
dan vitamin D untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan kalsium dan vitamin D.
c.
Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan yang dicapai
keluarga.
a.
Diskusikan cara diet rendah purin.
b.
Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara diet rendah purin.
c.
Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan yang dicapai
keluarga.
|
||
Melakukan cara perawatan
osteoporosis.
|
Respon afektif
|
Keluarga melakukan cara perawatan
osteoporosis
|
a.
Evaluasi kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan
osteoporosis.
b.
Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan yang dicapai oleh
keluarga.
|
||
4.
Memodifikasi lingkungan yang sesuai untuk penderita osteoporosis,
dengan:
Menyebutkan cara memodifikasi
lingkungan untuk penderita osteoporosis.
|
Respon verbal
|
Anggota keluarga mampu menyebutkan
minimal 1 dari 2 modifikasi lingkungan yang sesuai untuk penderita
osteoporosis, yaitu:
·
Mengatur jadwal harian (activity daily living/ADL)
·
Olahraga rutin 3 kali seminggu
|
a.
Diskusikan cara memodifikasi lingkungan untuk penderita osteoporosis.
b.
Jelaskan cara memodifikasi lingkungan untuk penderita osteoporosis.
c.
Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara memodifikasi
lingkungan.
d.
Tanyakan kepada keluarga materi yang belum jelas.
e.
Jelaskan kepada keluarga materi yang belum dimengerti.
f.
Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai keluarga.
|
||
Mendemonstrasikan
mengatur jadwal harian (activity daily living/ADL).
|
Respon psikomotor
|
Keluarga dapat mendemonstrasikan
cara mengatur jadwal harian (activity daily living/ADL).
|
a.
Diskusikan dengan keluarga cara mengatur jadwal harian (activity daily
living/ADL).
b.
Demonstrasikan cara mengatur jadwal harian (activity daily living/ADL).
c.
Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali apa yang diajarkan
mengenai pengaturan jadwal harian (activity daily living/ADL).
d.
Ulangi redemonstrasi jika keluarga masih memerlukan.
e.
Berikan reinsforcement positif atas upaya keluarga
|
||
Melakukan
cara modifikasi lingkungan.
|
Respon afektif
|
Keluarga melakukan cara modifikasi
lingkungan.
|
a.
Evaluasi kemampuan keluarga dalam modifikasi lingkungan untuk anggota
keluarga dengan osteoporosis.
b.
Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan yang dicapai oleh
keluarga.
|
||
5.
Mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk melakukan
perawatan osteoporosis, dengan:
Menyebutkan tempat pelayanan
kesehatan untuk dirujuk.
|
Respon verbal
|
Keluarga dapat menyebutkan
fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi:
·
Puskesmas
·
Rumah sakit
·
Klinik dokter
|
d.
Diskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas kesehatan yang ada di
sekitar tempat tinggal.
e.
Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali fasilitas kesehatan yang
dapat dikunjungi.
f.
Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
|
||
Menyebutkan manfaat fasilitas
kesehatan.
|
Respon verbal
|
Keluarga dapat menyebutkan manfaat
kunjungan ke fasilitas kesehatan, yaitu mendapatkan pemeriksaan, mendapatkan
perawatan, mendapatkan penyuluhan atau pendidikan kesehatan.
|
a.
Diskusikan bersama keluarga mengenai manfaat fasilitas kesehatan yang
ada di sekitar tempat tinggal.
b.
Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali fasilitas kesehatan yang
dapat dikunjungi.
c.
Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
|
||
Mengunjungi fasilitas pelayanan
kesehatan untuk memeriksa penyakit osteoporosis.
|
Respon afektif
|
Keluarga memanfaatkan pelayanan
kesehatan untuk pemeriksaan dan pengobatan osteoporosis dengan menunjukkan
kartu kesehatan.
|
a.
Motivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan.
b.
Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga untuk menggunakan
fasilitas pelayanan kesehatan.
|
BAB 4
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Mobilisasi merupakan salah satu
aspek yang paling penting dari fungsi fisiologis karena hal tersebut merupakan
hal pokok untuk memelihara kemandirian. Pada lansia, mobilisasi dipengaruhi
oleh perubahan akibat proses menua dan faktor risiko. Perubahan anatomis dan
fisiologis akibat prosesn penuaan antara lain sistem skeletal yaitu berkurangnya kekuatan otot, keterbatasan dalam gerak persendian dan
menurunnya sistem pendukung lain yang menambah resiko jatuh dan fraktur pada
lansia seperti penurunan penglihatan dan sistem saraf. Selain perubahan
tersebut terdapat beberapa gangguan mobilisasi yang umum terjadi pada lansia
yakni fraktur dan jatuh, osteoporosis, dan arthritis. Pengkajian sistem
muskuloskletal diawali menanyakan riwayat kesehatan lansia, pemeriksaan fisik
serta pemeriksaan diagnostik. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan dalam
pengelolaan kebutuhan mobilisasi lansia antara lain kompres, ROM, penggunaan
alat bantu jalan, serta diet rendah purin dan tinggi kalsium & vitamin D.
Pada kasus Nenek N (68) yang mengalami gangguan mobilisasi akibat sebelumnya mengalami
fraktur panggul sehingga berjalan dengan pincang, kaki kiri atropi dan
kontraktur serta kaki kanan lebih panjang 5 cm dari kaki kiri. Intervensi
keperawatan yang dapat dilakukan adalah kompres hangat didaerah nyeri akibat
fraktur, latihan rentang pergerakan sendi, diet tinggi kalsium rendah purin
serta modifikasi lingkungan untuk mengurangi risiko jatuh seperti menambah
pencahayaan, membuat pegangan tangan, serta menmbahkan karpet anti slip agar
tidak licin.
4.2.Saran
Imobilitas merupakan salah satu masalah yang paling sering terjadi
pada lansia yang dapat mendorong kearah konsekuensi fisiologis dan psikolgis
yang serius. Perawat harus mengkaji perubahan yang terjadi pada mobilisasi
lansia akibat proses penuaan normal atau kondisi patologis. Perawat juga perlu
mengidentifikasi dan memasukan hal-hal yang secara fisik dan struktural akan
membatasi mobilisasi ke dalam pendidikan kesehatan. Pengkajian secara hati-hati
pada sistem muskuloskeletal dengan tetap menjaga privasi klien penting
69
|
0 comments: