Mekanika
Tubuh
A.
Pengertian
Mekanika Tubuh adalah suatu usaha mengkoordinasikan sistem muskuloskeletal dan sistem syaraf dalam mempertahankan keseimbangan, postur dan kesejajaran tubuh selama mengangkat, membungkuk, bergerak, dan melakukan aktivitas sehari-hari ( Potter & Perry, 2005).
Mekanika Tubuh adalah suatu usaha mengkoordinasikan sistem muskuloskeletal dan sistem syaraf dalam mempertahankan keseimbangan, postur dan kesejajaran tubuh selama mengangkat, membungkuk, bergerak, dan melakukan aktivitas sehari-hari ( Potter & Perry, 2005).
B.
Body Mekanik meliputi 3 elemen dasar yaitu :
- Body Alignment (Postur Tubuh)
Susunan geometrik bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian tubuh yang lain. - Balance / Keseimbangan
Keseimbangan tergantung pada interaksi antara pusat gravity, line gravity dan base of support. - Koordinated body movement
(Gerakan tubuh yang terkoordinir)
Dimana body mekanik berinteraksi dalam fungsi muskuloskeletal dan sistem syaraf.
C.
Prinsip body mekanik
- Gravity
- Balance (Keseimbangan)
- Weight (berat)
D.
Pergerakan dasar yang digunakan dalam Body Mekanik
- Walking / berjalan
Kestabilan berjalan, sangat berhubungan dg ukuran base of support - Squating / jongkok
Squating mempertinggi atau meningkatkan keseimbangan tubuh, ketika seseorang mengangkat obyek yg terletak dibawah pusat grativitas tubuh. - Pulling / menarik
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menarik benda, diantaranya ketinggian, letak benda, posisi kaki dan tubuh sewaktu menarik (seperti condong ke depan dari panggul), sodorkan telapak tangan dan lengan atas dibawah pusat gravitasi pasien, lengan atas dan siku diletakkan pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut dan pergelangan kaki ditekuk dan lalu lakukan penarikan. - Pivoting / berputar
Pivoting adalah suatu tehnik dimana tubuh dibungkukkan dlm rangka menghindari terjadinya resiko keseleo tulang
E.
Faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik :
- Status kesehatan
- Kondisi kesehatan seseorang akan berpengaruh terhadap keseimbangan tubuh sehingga aktivitasnya menjadi terganggu.
- Nutrisi
- Pemenuhan kebutuhan tubuh akan nutrisi sangat penting karena mempengaruhi produksi energi yang digunakan untuk mobilisasi.
- Emosi
- Situasi dan kebiasaan
- Gaya hidup
- Pengetahuan
F. Sistem
tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas:
1.
Tulang
Tulang merupakan organ yang mempunyai berbagai fungsi, fungsi mekanis untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot, fungsi sebagai tempat menyimpan mineral kususnya kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan setiap saat sesuai kebutuhan, fungsi tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi pelindung organ-organ dalam.
Tulang merupakan organ yang mempunyai berbagai fungsi, fungsi mekanis untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot, fungsi sebagai tempat menyimpan mineral kususnya kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan setiap saat sesuai kebutuhan, fungsi tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi pelindung organ-organ dalam.
2. Otot dan tendo
Tubuh memiliki mempunyai kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh bergerak sesuai keinginan. Otot memiliki origo dan insersinya tulang, serta dihubungkan dengan tulang melalui tendon, yaitu suatu jaringan ikat yang melekat sangat kuat pada tempat insersinya tulang.3. Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang. Ligamen pada lutut merupakan penjaga stabilitas.
4. Sistem syaraf
Syaraf terdiri dari syaraf pusat (otak dan medula spinalis) dan syaraf tepi (percabangan dari syaraf pusat). Bagian somatis memiliki fungsi sensorik dan motorik. Kerusakan pada syaraf pusat seperti kerusakan tulang belakang akan menyebabkan kelemahan umum, sedangkan kerusakan saraf tepi menyebabkan terganggunya daerah yang diinervasi dan kerusakan pada saraf radial akan menyebabkan drop hand atau gangguan sensorik di daerah radial tangan.
5. Sendi
Sendi merupakan tempat dua atau lebih tulang bertemu.
G. Konsekuensi body mekanik yang buruk
- Jatuh
- Cidera belakang
Harber
(1985), memberikan daftar penyebab cidera belakang yang paling sering terjadi
pada perawat yang bekerja di rumah sakit yaitu :
- Mengangkat pasien ke atas tempat tidur (48%)
- Membantu pasien turun dari tempat tidur (30%)
- Memindahkan bed (27%)
- Mengangkat pasien keatas brankat(22%)
A.
Macam-macam bodi mekanik
1.
Body alignment
a.
Membantu pasien berdiri
Pengertian:Suatu tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang imobilisasi atau klien lemah untuk memberikan bantuan berdiri.b. Membantu pasien duduk
Pengertian:Suatu tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang imobilisasi atau klien lemah untuk memberikan bantuan duduk ditempat tidur.Tujuan:Mengurangi risiko cedera muskuloskeletal pada semua orang yang terlibat.c. Mengatur berbagai posisi klien
1) Posisi fowler
Pengertian:Suatu tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang imobilisasi atau klien lemah untuk memberikan bantuan berdiri.b. Membantu pasien duduk
Pengertian:Suatu tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang imobilisasi atau klien lemah untuk memberikan bantuan duduk ditempat tidur.Tujuan:Mengurangi risiko cedera muskuloskeletal pada semua orang yang terlibat.c. Mengatur berbagai posisi klien
1) Posisi fowler
Posisi
fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala tempat
tidur lebih tinggi atau dinaikkan setinggi 15°- 90°.
Tujuannya untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi kenyamanan pasien, Melakukan aktivitas ttu, Mengatasi kesulitan pernafasan & KV pernafasan pasien.
Fowler : 45 – 90o dan Semi fowler : 15 – 45o
Tujuannya untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi kenyamanan pasien, Melakukan aktivitas ttu, Mengatasi kesulitan pernafasan & KV pernafasan pasien.
Fowler : 45 – 90o dan Semi fowler : 15 – 45o
2)
Posisi dorsal recumbent
Adalah
dimana posisi kepala dan bahu pasien sedikit mengalami elevasi diatas bantal,
kedua lengan berada di samping sisi tubuh, posisi kaki fleksi dengan telapak
kaki datar diatas tempat tidur. Tujuannya untuk memeriksa daerah genetalia,
pasang cateter, serta pada proses persalinan
3)
Posisi Trendelenburg
Adalah
posisi pasien berbaring di TT dg bagian kepala lebih rendah daripada
bagian kaki
Tujuan : Melancarkan peredaran darah ke otak
Tujuan : Melancarkan peredaran darah ke otak
4)
Posisi antitrendelenberg
Adalah
posisi pasien berbaring di TT dengan kaki lebih tinggi dari kepala.
Tujuan : tindakan menurunkan tekanan intrakranial pada pasien trauma kapitis.
Tujuan : tindakan menurunkan tekanan intrakranial pada pasien trauma kapitis.
5)
Posisi pronasi/ tengkurap
Adalah
dimana posisi pasien berbaring diatas abdomen dengan kepala menoleh kesalah
satu sisi. Kedua lengan fleksi disamping kepala. Posisi ini memiliki beberapa
tujuan diantaranya :
- Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut.
- Mencegah terjadinya fleksi kontraktur dari pinggul dan sendi.
- Membantu drainase dari mulut.
6)
Posisi lateral (side lying)
Yaitu
seorang tidur diatas salah satu sisi tubuh, dengan membentuk fleksi pada
pinggul dan lutut bagian atas dan meletakkannya lebih depan dari bagian tubuh
yang lain dengan kepala menoleh kesamping.
Tujuan posisi ini : Mengurangi lordosis & meningkatkan kelurusan punggung , Baik untuk posisi tidur & istirahat, Membantu menghilangkan tekanan pada sakrum
Tujuan posisi ini : Mengurangi lordosis & meningkatkan kelurusan punggung , Baik untuk posisi tidur & istirahat, Membantu menghilangkan tekanan pada sakrum
7)
Posisi supine/ terlentang.
Ini biasanya
disebut berbaring telentang, datar dengan kepala dan bahu sedikit elevasi
dengan menggunakan bantal. Posisi pasien harus di tengah-tengah tempat tidur,
sekitar tiga inci di bawah kepala tempat tidur.
Tujuan : Klien pasca operasi dengan anestesi spinal, Mengatasi masalah yg timbul akibat pemberian posisi pronasi yg tidak tepat.
Tujuan : Klien pasca operasi dengan anestesi spinal, Mengatasi masalah yg timbul akibat pemberian posisi pronasi yg tidak tepat.
8)
Posisi Sim’s
Adalah
posisi dimana tubuh miring kekiri atau kekanan.
Tujuan posisi ini :
Tujuan posisi ini :
- untuk memberikan kenyamanan dan memberikan obat per anus (supositoria).
- Memfasilitasi drainase dari mulut pada klien tidak sadar
- Mengurangi penekanan pada sakrum & trokanter mayor pada klien paralisis
- Memudahkan pemeriksaan perineal
- Untuk tindakan pemberian enema
9)
Posisi Genu pectoral/knee chest position
posisi
pasien berbaring dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian alas
TT
Tujuan : memeriksa daerah rectum & sigmoid
Tujuan : memeriksa daerah rectum & sigmoid
10) Posisi Litotomi
posisi
pasien berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya keatas
bagian perut
Tujuan : Merawat atau memeriksa genetalia pada proses persalinan, memasang alat kontrasepsi
Tujuan : Merawat atau memeriksa genetalia pada proses persalinan, memasang alat kontrasepsi
11)
Posisi Orthopneik
posisi
adaptasi dari fowler tinggi. Klien duduk di TT atau tepi TT dg meja yang
menyilang diatas TT (90o)
Tujuan : membantu mengatasi masalah kesulitan bernafas dg ekspansi dada maksimum, membantu klien yg mengalami inhalasi
Tujuan : membantu mengatasi masalah kesulitan bernafas dg ekspansi dada maksimum, membantu klien yg mengalami inhalasi
2.
Ambulasi
1.
Memindahkan klien dari tempat tidur (TT) ke kursi/ kursi roda
1).
Memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi
Pengertian : Memindahkan klien yang tirah baring ke kursi
Pengertian : Memindahkan klien yang tirah baring ke kursi
2).
Memindahkan klien dari tempat tidur (TT) ke kursi roda
Pengertian : Memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi roda
Pengertian : Memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi roda
2.
Memindahkan klien dari tempat tidur (TT) ke brankard (TT) dan sebaliknya
1)
Memindahkan klien dari TT ke brankard/ TT dan sebaliknya dengan cara diangkat.
2) Memindahkan klien dari TT ke brankar/ TT dan sebaliknya dengan easy move
3). Memindahkan klien dari TT ke brankard dan sebaliknya dengan Scoop Stretcher
2) Memindahkan klien dari TT ke brankar/ TT dan sebaliknya dengan easy move
3). Memindahkan klien dari TT ke brankard dan sebaliknya dengan Scoop Stretcher
3.
Membantu klien berjalan
Tujuan: Memulihkan kembali toleransi aktivitas, Mencegah terjadinya kontraktur sendi dan flaksid otot
Tujuan: Memulihkan kembali toleransi aktivitas, Mencegah terjadinya kontraktur sendi dan flaksid otot
4.
Membantu klien dengan alat bantu jalan (Kruk)
Tujuan : Membantu melatih kemampuan gerak klien, melatih dan meningkatkan mobilisasi.
Mencapai kestabilan klien dalam berjalan.
Manfaat : Klien mampu berjalan dengan menggunakan alat bantu dan meningkatnya kemampuan mobilisasi klien.
Tujuan : Membantu melatih kemampuan gerak klien, melatih dan meningkatkan mobilisasi.
Mencapai kestabilan klien dalam berjalan.
Manfaat : Klien mampu berjalan dengan menggunakan alat bantu dan meningkatnya kemampuan mobilisasi klien.
Asuhan Keperawatan pada klien dengan
gangguan bodi mekanik
Pengkajian
Untuk melakukan pengkajian body mekanik dan alignment lakukan inspeksi terhadap pada pasien pada saat berdiri,duduk maupun berbaring. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengkaji antara lain :
Untuk melakukan pengkajian body mekanik dan alignment lakukan inspeksi terhadap pada pasien pada saat berdiri,duduk maupun berbaring. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengkaji antara lain :
Posisi
berdiri
Lakukan inspeksi melalui sudut pandang secara : Anterior,Lateral dan posterior. Pasien dalam posisi berdiri dengan kepala tegak dan mata lurus kedepan serta bahu dan pinggul harus lurus dan sejajar, apabila posisi tidak sesuai dengan posisi berdiri yang benar maka dapat diidentifikasikan bahwa ada gangguan pada otot dan tulang pasien.
Lakukan inspeksi melalui sudut pandang secara : Anterior,Lateral dan posterior. Pasien dalam posisi berdiri dengan kepala tegak dan mata lurus kedepan serta bahu dan pinggul harus lurus dan sejajar, apabila posisi tidak sesuai dengan posisi berdiri yang benar maka dapat diidentifikasikan bahwa ada gangguan pada otot dan tulang pasien.
Posisi duduk
Pada saat keadaan ini normalnya kepala dan dada akan akan memiliki keadaan yang sama pada saat posisi berdiri yaitu kepala pasien harus tegak lurus dengan leher dan verterba kolumna telapak kaki lurus berpijak pada lantai. Pasien yang dalam keadaan abnormal akan mengalami kelemahan otot atau pralis otot serta adanya sensasi (kerusakan saraf)
Pada saat keadaan ini normalnya kepala dan dada akan akan memiliki keadaan yang sama pada saat posisi berdiri yaitu kepala pasien harus tegak lurus dengan leher dan verterba kolumna telapak kaki lurus berpijak pada lantai. Pasien yang dalam keadaan abnormal akan mengalami kelemahan otot atau pralis otot serta adanya sensasi (kerusakan saraf)
Posisi
berbaring
Letakan pasien pada posisi lateral semua bantal dan penyokong posisi dipindahkan dari tempat tidur, kemudian tubuh ditopang dengan kasur yang cukup dan vertebra harus lurus dengan alas yang ada . apabila dijumpai kelainan pada pasien, maka terdapat penurunan sensasi atau gangguan sirkulasi serta adanya kelemahan.
Letakan pasien pada posisi lateral semua bantal dan penyokong posisi dipindahkan dari tempat tidur, kemudian tubuh ditopang dengan kasur yang cukup dan vertebra harus lurus dengan alas yang ada . apabila dijumpai kelainan pada pasien, maka terdapat penurunan sensasi atau gangguan sirkulasi serta adanya kelemahan.
Cara
berjalan
Dikaji untuk mengetahui mobilitas dan kemungkinan resiko cedera akibat dari terjatuh, pasien diminta berjalan sepanjang 10 langkah kemudian perawat memperhatikan hal-hal berikut ini :
Dikaji untuk mengetahui mobilitas dan kemungkinan resiko cedera akibat dari terjatuh, pasien diminta berjalan sepanjang 10 langkah kemudian perawat memperhatikan hal-hal berikut ini :
1)
Kepala tegak, pandangan lurus kedepan, punggung tegak.
2) Tumit menyentuh tanah terlebih dahulu sebelum jari-jari kaki.
3) Langkah lembut, terkoordinasi dan ritmik
4) Mudah untuk memulai dan mengakhiri berjalan
5) Jumlah langkah per menit (pace) 70-100 X per menit, kecuali pada orang tua mungkin 40 X per menit.
2) Tumit menyentuh tanah terlebih dahulu sebelum jari-jari kaki.
3) Langkah lembut, terkoordinasi dan ritmik
4) Mudah untuk memulai dan mengakhiri berjalan
5) Jumlah langkah per menit (pace) 70-100 X per menit, kecuali pada orang tua mungkin 40 X per menit.
Diagnosa
Keperawatan
- Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan tulang
- Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neurovasculer
- Resiko cedera berhubungan dengan gangguan keseimbangan yang disertai kelemahan otot
- Perencanaan Keperawatan
Nyeri akut
b.d terputusnya kontinuitas jaringan tulang
Definisi: perasaan sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa; awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi berlangsung < 6 bulan.
Definisi: perasaan sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa; awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi berlangsung < 6 bulan.
Tujuan:
1) Klien mengatakan nyeri yang dirasakan berkurang.
2) Klien dapat mendeskripsikan bagaimana mengontrol nyeri
3) Klien mengatakan kebutuhan istirahat dapat terpenuhi
4) Klien dapat menerapkan metode non farmakologik untuk mengontrol nyeri
1) Klien mengatakan nyeri yang dirasakan berkurang.
2) Klien dapat mendeskripsikan bagaimana mengontrol nyeri
3) Klien mengatakan kebutuhan istirahat dapat terpenuhi
4) Klien dapat menerapkan metode non farmakologik untuk mengontrol nyeri
Intervensi:
1) Identifikasi nyeri yang dirasakan klien (P, Q, R, S, T)
2) Eksplor faktor-faktor penyebab nyeri
3) Kaji pengalaman klien masa lalu dalam mengatasi nyeri.
4) Pantau tanda-tanda vital.
5) Berikan tindakan kenyamanan.
6) Ajarkan teknik non farmakologik (relaksasi, fantasi, dll) untuk menurunkan nyeri.
7) Jelaskan prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan mengurangi nyeri
8) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian: analgetik sesuai indikasi
1) Identifikasi nyeri yang dirasakan klien (P, Q, R, S, T)
2) Eksplor faktor-faktor penyebab nyeri
3) Kaji pengalaman klien masa lalu dalam mengatasi nyeri.
4) Pantau tanda-tanda vital.
5) Berikan tindakan kenyamanan.
6) Ajarkan teknik non farmakologik (relaksasi, fantasi, dll) untuk menurunkan nyeri.
7) Jelaskan prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan mengurangi nyeri
8) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian: analgetik sesuai indikasi
Gangguan
mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskuler.
Definisi: keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstrimitas secara mandiri dan terarah
Definisi: keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstrimitas secara mandiri dan terarah
Tujuan:
1) Aktivitas fisik meningkat
2) ROM normal
3) Melaporkan perasaan peningkatan kekuatan dalam bergerak.
4) Klien bisa melakukan aktivitas.
1) Aktivitas fisik meningkat
2) ROM normal
3) Melaporkan perasaan peningkatan kekuatan dalam bergerak.
4) Klien bisa melakukan aktivitas.
Intervensi:
1) Pastikan keterbatasan gerak sendi yang dialami.
2) Motivasi klien untuk mempertahankan pergerakan sendi.
3) pastikan klien bebas dari nyeri sebelum diberikan latihan.
4) Ajarkan ROM exercise aktif dan pasif; jadual; keteraturan, latih ROM pasif dan aktif
5) Anjurkan dan Bantu klien duduk di tempat tidur sesuai toleransi.
6) Atur posisi setiap 2 jam atau sesuai toleransi.
7) Fasilitasi penggunaan alat Bantu.
8) Jelaskan manfaat ROM aktif dan pasif
9) Kolaborasi dengan fisioterapi
1) Pastikan keterbatasan gerak sendi yang dialami.
2) Motivasi klien untuk mempertahankan pergerakan sendi.
3) pastikan klien bebas dari nyeri sebelum diberikan latihan.
4) Ajarkan ROM exercise aktif dan pasif; jadual; keteraturan, latih ROM pasif dan aktif
5) Anjurkan dan Bantu klien duduk di tempat tidur sesuai toleransi.
6) Atur posisi setiap 2 jam atau sesuai toleransi.
7) Fasilitasi penggunaan alat Bantu.
8) Jelaskan manfaat ROM aktif dan pasif
9) Kolaborasi dengan fisioterapi
Pelaksanaan
(cheklist terlampir)
Bodi
alignment
- Membantu klien dengan masalah berdiri dan duduk
- Mengatur berbagai posisi klien
- Papan sandaran
Ambulasi
- Memindahkan klien dari tempat tidur ke (TT) ke kursi/ kursi roda/ brankar dan sebaliknya
- Membantu klien berjalan
- Membantu klien dengan alat bantu jalan
Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk mengatasi gangguan postur tubuh adalah tidak terjadi perubahan atau kesalahan dalam postur tubuh dan pasien mampu melaksanakan aktifitas dengan mudah serta tidak merasakan kelemahan.
Evaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk mengatasi gangguan postur tubuh adalah tidak terjadi perubahan atau kesalahan dalam postur tubuh dan pasien mampu melaksanakan aktifitas dengan mudah serta tidak merasakan kelemahan.
Kelainan
postur yg didpat atau congenital mempengaruhi efisiensi system moskuloskeletal,
spt kesejajaran tubuh keseimbangan dan penampilan.
Macam2
abnormal:
a.
Tortikolis
Diskripsi: mencondongkan kepala ke sisi yang sakit, dimana otot sternokleidomastoideus berkontraksi.
Penyebab: kondisi congenital.
Penatalaksanaan: operasi, pemanasan, topangan, atau imobilisasi berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan.
Diskripsi: mencondongkan kepala ke sisi yang sakit, dimana otot sternokleidomastoideus berkontraksi.
Penyebab: kondisi congenital.
Penatalaksanaan: operasi, pemanasan, topangan, atau imobilisasi berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan.
b.
Kifosis
Diskripsi : peningkatan kelengkungan pada kurva spinal torakal.
Penyebab : kondisi congenital, penyakit tulang atau ricket tuberkolosis spinal.
Penatalaksanaan: latihan peregangan spinal, tidur tanpa bantal, menggunakan papan tempat tidur, memakai jaket, penggabungan spinal (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan).
Diskripsi : peningkatan kelengkungan pada kurva spinal torakal.
Penyebab : kondisi congenital, penyakit tulang atau ricket tuberkolosis spinal.
Penatalaksanaan: latihan peregangan spinal, tidur tanpa bantal, menggunakan papan tempat tidur, memakai jaket, penggabungan spinal (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan).
c.
Kifolordosis
Diskripsi: kombinasi dari kifosis dan lordosis.
Penyebab: kondisi congenital.
Penatalaksanaan: sama dengan metode yang digunakan untuk kifosis dan lordosis berdasarkan penyebab.
Diskripsi: kombinasi dari kifosis dan lordosis.
Penyebab: kondisi congenital.
Penatalaksanaan: sama dengan metode yang digunakan untuk kifosis dan lordosis berdasarkan penyebab.
d.
Skoliosis
Diskripsi: kurvatura spinal lateral, tinggi pinggul dan bahu tidak sama.
Penyebab: kondisi congenital, poliomyelitis, paralisis spastic, panjang kaki tidak sama
Penatalaksanaan: immobilisasi dan operasi (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan).
Diskripsi: kurvatura spinal lateral, tinggi pinggul dan bahu tidak sama.
Penyebab: kondisi congenital, poliomyelitis, paralisis spastic, panjang kaki tidak sama
Penatalaksanaan: immobilisasi dan operasi (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan).
e.
Kifoskoliosis
Diskripsi: tidak normalnya kurva spinal anteroposteriol dan lateral.
Penyebab: kondisi congenital, poliomyelitis, kor pulmonal.
Penatalaksanaan: immobilisasi dan operasi (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan).
Diskripsi: tidak normalnya kurva spinal anteroposteriol dan lateral.
Penyebab: kondisi congenital, poliomyelitis, kor pulmonal.
Penatalaksanaan: immobilisasi dan operasi (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan).
f.
Dysplasia Pnggung Kongenital
Diskripsi: ketidakstabilan pinggul dengan keterbatasan abduksi pinggul, dan kadang-kadang kontraktur adduksi (kaput vemur tidak bersambung dengan assetatbulum karena abnormal kedangkalan assetatbulum).
Penyebab: kondisi congenital (biasanya dengan kelahiran sungsang).
Penatalaksanaan: mempertahankan abduksi paha yang terus menerus sehingga kaput vemur menekan ke bagian tengah assetatbulum, beban abduksi, gips, pembedahan.
Diskripsi: ketidakstabilan pinggul dengan keterbatasan abduksi pinggul, dan kadang-kadang kontraktur adduksi (kaput vemur tidak bersambung dengan assetatbulum karena abnormal kedangkalan assetatbulum).
Penyebab: kondisi congenital (biasanya dengan kelahiran sungsang).
Penatalaksanaan: mempertahankan abduksi paha yang terus menerus sehingga kaput vemur menekan ke bagian tengah assetatbulum, beban abduksi, gips, pembedahan.
g.
Knock-knee (genu varum)
diskripsi: kurva kaki yang masuk ke dalam sehingga lutut rapat jika seseorang berjalan.
Penyebab: kondisi congenital, penyakit tulang atau ricket.
Penatalaksanaan: knee braces, operasi jika tidak dapat diperbaiki oleh pertumbuhan.
diskripsi: kurva kaki yang masuk ke dalam sehingga lutut rapat jika seseorang berjalan.
Penyebab: kondisi congenital, penyakit tulang atau ricket.
Penatalaksanaan: knee braces, operasi jika tidak dapat diperbaiki oleh pertumbuhan.
h.
Lordosis
adalah kelainan pada tulang belakang dimana hyperekstensi dari tulang lumbal.
Diskripsi: kurva anterior pada spinal lumbal yang melengkung berlebihan.
Penyebab: kondisi congenital, kondisi temporer missal, kehamilan.
Penatalaksanaan: latihan peregangan spinal berdasarkan penyebab
adalah kelainan pada tulang belakang dimana hyperekstensi dari tulang lumbal.
Diskripsi: kurva anterior pada spinal lumbal yang melengkung berlebihan.
Penyebab: kondisi congenital, kondisi temporer missal, kehamilan.
Penatalaksanaan: latihan peregangan spinal berdasarkan penyebab
0 comments: