FORMAT LAPORAN RUANG GAWAT DARURAT
Nama Mahasiswa : Tanggal Pengkajian :
Nama Pasien : Ny.x
Diagnosa Medis : Head
Injury (GCS15)
1.
Resume Kasus
Cidera kepala adalah suatu gangguan
traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan
interstiil dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak. Cedera
kepala menurut patofisiologi dibagi menjadi dua, yaitu: cedera kepala primer, akibat
langsung pada mekanisme dinamik (acelerasi - decelerasi rotasi ) yang menyebabkan
gangguan pada jaringan, cedera kepala sekunder.
Kompresi pada batang otak akan
mengakibatkan gangguan irama jantung, sehingga terjadi perubahan pada pola
napas, kedalaman, frekuensi maupun iramanya, bisa berupa Cheyne Stokes atau
Ataxia breathing. Napas
berbunyi, stridor, ronkhi, wheezing ( kemungkinana karena aspirasi), cenderung
terjadi peningkatan produksi sputum pada jalan napas.
Efek
peningkatan tekanan intrakranial terhadap tekanan darah bervariasi. Tekanan
pada pusat vasomotor akan meningkatkan transmisi rangsangan parasimpatik ke
jantung yang akan mengakibatkan denyut nadi menjadi lambat, merupakan tanda
peningkatan tekanan intrakranial. Perubahan frekuensi jantung (bradikardia,
takikardia yang diselingi dengan bradikardia, disritmia).
Gangguan kesadaran
merupakan salah satu bentuk manifestasi adanya gangguan otak akibat cidera
kepala. Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian, vertigo,
sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran, baal pada ekstrimitas. Bila
perdarahan hebat/luas dan mengenai batang otak akan terjadi gangguan pada
nervus cranialis. Pada cidera kepala sering terjadi gangguan berupa retensi,
inkontinensia uri, ketidakmampuan menahan miksi.
2.
Pengkajian primer (Pengkajian Airway,
Breathing, Circulation, dan Disability)
A :
Tidak ada sumbatan jalan nafas, tidak ada sputum/sekret
B : Sesak(+), RR=30x/I
C
: Syanosis tidak ada, keringat (+), membran mukosa kering, Acral dingin, HR:72x/i, TD:130/60 mmHg, RR 30x/i
D : GCS 15 (E = 4, M = 6, V = 5), tampak
lemah, mengeluh nyeri, mual dan muntah (-).
3. Tindakan keperawatan
yang dilakukan : (dilakukan untuk mengatasi kondisi yang didapat dari
pengkajian primer)
A
: Tidak ada masalah
B
: Pemberian Oksigen dengan kanul 3l/i sesuai indikasi
C
: Observasi TTV (lampirkan hasil TTV), pasang IVFD RSol 30qtt/i
D
: Memantau tingkat kesadaran, pasang NGT, pasang kateter urine
4. Evaluasi hasil tindakan (didapat setelah tindakan untuk mengatasi masalah primer dilakukan)
A
: Tidak ada masalah
B
: Sesak(+), RR=30x/I, terpasang oksigen 3l/i nasal
C : Observasi TTV/15-30 menit, pasang 2 jalur IVFD Rsol 30gtt/i,urine
250ml/3jam
D : GCS=15, TD=110/70 mmHg, (E = 4,
M = 6, V = 5), tampak lemah, mengeluh nyeri, wajah meringis, mual dan muntah (-).
5. Diagnosis Keperawatan : (Diagnosis keperawatan untuk tindakan diatas, meliputi PES dan rasional
diagnosis)
Gangguan pertukaran gas b/d penurunan
suplai O2 d/d RR = 30x/i, terpasang O2 3l/i,klien menyatakan sesak.
6. Pengkajian sekunder:
(meliputi pengkajian riwayat keperawatan dan head to toe)
Keadaan
Umum : GCS=15 (E = 4, M = 6, V =
5), sesak (+), lemah/lelah
Mata : Pupil isokor +/+,
anemis (-)
Mulut : Bibir kering
Ekstremitas
: Ekstr. Atas, terpasang
infus RL 20qtt/i, Acral dingin
Eliminasi : BAB (+), BAK (+)
7. Pemeriksaan penunjang (meliputi pemeriksaan laboratorium, rontgen, CT scan)
Dilakukan
pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan thorax AP.
8.
Diagnosis Keperawatan
1) Nyeri b/d trauma abdomen d/d klien
mengatakan nyeri pada kepala, wajah meringis, gelisah (+)
2) Gangguan mobilitas fisik b/d nyeri, terapi
dan penurunan kekuatan otot d/d klien tampak lemah, terpasang NGT, terpasang
infus RL 20qtt/i, kateter urine, bedrest.
9. Prinsip-prinsip tindakan: (meliputi tindakan mandiri dan kolaborasi serta rasional tindakan).
a. Pantau TTV/ 15 – 30 menit
R/: mengetahui perkembangan kondisi klien
b. Berikan posisi yang nyaman, misalnya semi
fowler
R/: posisi semifowler mengurangi penggunaan O2
c. Berikan terapi O2
R/: Membantu dalam pemenuhan suplai oksigen untuk
pertukaran gas
d. Pasang IVFD RSol 30 gtt/i dan pantau
kelancaran tetesan
R/: Memperbaiki dinamika sirkulasi
e. Pasang kateter urine
R/: Memantau haluaran urine dan
mendapatkan kepastian adanya hematuria
f.
Kaji nyeri
R/:
Mengetahui tingkat nyeri
g. Beri dan pertahankan lingkungan yang
nyaman
R/: Memberikan rasa yang nyaman bagi klien
h. Anjurkan klien untuk beristirahat
R/: Istirahat yang cukup mempercepat tubuh kembali pulih
i.
Fasilitasi
kebutuhan klien
R/: Kebutuhan dasar klien terpenuhi
j.
Kaji
dan pantau kemampuan klien dalam bergerak
R/: identifikasi kemampuan klien dalam bergerak
10. Monitor klien
(monitor/pengkajian berkelanjutan yang dilakukan dan hasil yang didapat)
a.
Monitor
intensitas nyeri
b.
Monitor
intake dan output klien
c.
Memantau
tanda-tanda vital
d.
Memberikan
cairan sesuai dengan indikasi: RSol
11. Evaluasi
S : Klien masih tampak lemas, nyeri (+), gelisah
(+), mual dan muntah (-)
O: Cairan RSol 30qtt/i, selang
NGT terpasang, TD:130/80mmHg, HR:80x/i, RR:24x/i,
membran mukosa sedikit lembab,
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
0 comments: