1. Pengertian
Hipertensi dikategorikan ringan jika tekanan diastoliknya berkisar 95 –
104 MmHg, hipertensi sedang kalau tekanan diastoliknya diantara kisaran
105 & 114 MmHg, & hipertensi berat bila tekanan diastoliknya
berkisar 115 MmHg atau lebih dari itu. Pembagian atau perkategian ini
berdasarkan dari peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih
serius dari peningkatan sistolik ( Gunawan, 2003 ).
Hipertensi ialah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan hipertensi merupakan sebuah kondisi di mana berlangsung gangguan pada mekanisme pengaturan tekanan darah (Mansjoer,2008 : 144)
Hipertensi ialah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan hipertensi merupakan sebuah kondisi di mana berlangsung gangguan pada mekanisme pengaturan tekanan darah (Mansjoer,2008 : 144)
2. Etiologi/Penyebab
Hipertensi berdasarkan penyebabnya bisa dibedakan menjadi 2 golongan besar yakni : ( Lany Gunawan, 2001 )
a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) ialah hipertensi yg tidak diketahui apa penyebabnya.
b. Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yg biasanya di sebabkan oleh penyakit lain.
Hipertensi primer hampir terdapat pada lebih dari 90 persen penderita hipertensi, sedangkan 10 persen sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Walaupun hipertensi primer belum diketahui dengan tentu penyebabnya, data-data penelitian sudah dapat menemukan sekian banyak factor yg tidak jarang sekali menyebabkan terjadinya sebuah penyakit hipertensi.
Pada umunya penyakit hipertensi tak memiliki penyebab yg secara spesifik.
Hipertensi terjadi juga terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.
Hipertensi berdasarkan penyebabnya bisa dibedakan menjadi 2 golongan besar yakni : ( Lany Gunawan, 2001 )
a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) ialah hipertensi yg tidak diketahui apa penyebabnya.
b. Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yg biasanya di sebabkan oleh penyakit lain.
Hipertensi primer hampir terdapat pada lebih dari 90 persen penderita hipertensi, sedangkan 10 persen sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Walaupun hipertensi primer belum diketahui dengan tentu penyebabnya, data-data penelitian sudah dapat menemukan sekian banyak factor yg tidak jarang sekali menyebabkan terjadinya sebuah penyakit hipertensi.
Pada umunya penyakit hipertensi tak memiliki penyebab yg secara spesifik.
Hipertensi terjadi juga terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.
Tapi ada sekian banyak factor yg sangat mempengaruhi proses terjadinya hipertensi :
a. Genetik : Respon nerologi yang terjadi pada stress atau disebabkan karena kelainan eksresi atau disebabkan karena transport Na.
b. Obesitas : Yang disebabkan karena terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan atau menyebabkan tekanan darah menjadi meningkat.
c. Stress dikarenakan atau disebabkan oleh Lingkungan.
d. Karena hilangnya Elastisitas pada jaringan serta arterisklerosis pada seseorang yang lanjut usia serta terdapat pelebaran pembuluh darah.
a. Genetik : Respon nerologi yang terjadi pada stress atau disebabkan karena kelainan eksresi atau disebabkan karena transport Na.
b. Obesitas : Yang disebabkan karena terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan atau menyebabkan tekanan darah menjadi meningkat.
c. Stress dikarenakan atau disebabkan oleh Lingkungan.
d. Karena hilangnya Elastisitas pada jaringan serta arterisklerosis pada seseorang yang lanjut usia serta terdapat pelebaran pembuluh darah.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia yaitu karena terjadinya proses perubahan – perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal & menjadi kaku
c. Kekuatan jantung dalam memompa darah yang menurun 1% setiap tahun setelah biasanya berusia sekitar 20 thn kekuatan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi & volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
faktor ini berjalan karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer buat oksigenasi
e. Disebabkan karena meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal & menjadi kaku
c. Kekuatan jantung dalam memompa darah yang menurun 1% setiap tahun setelah biasanya berusia sekitar 20 thn kekuatan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi & volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
faktor ini berjalan karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer buat oksigenasi
e. Disebabkan karena meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Biarpun hipertensi primer belum
diketahui dengan tentu apa yang menyebabkannya, namun data-data
penelitian sudah menemukan sekian banyak aspek yg sering menyebabkan
terjadinya penyakit hipertensi. Aspek tersebut yaitu sebagai berikut :
a. Faktor keturunan
Dari data statistik yang ditemukan terbukti bahwa seorang akan mempunyai kemungkinan jauh lebih besar utk memperoleh hipertensi apabila orang tuanya merupakan penderita hipertensi.
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yg mempengaruhi timbulnya hipertensi yaitu :
· umur( bila usia bertambah sehingga TD meningkat )
· Jenis kelamin ( laki laki lebih tinggi terkena hipertensi dibandingkan dengan perempuan)
· Ras ( ras kulit hitam ternyata lebih banyak terkena penyakit hipertensi dari kulit putih )
c. Adat hidup
Tradisi hidup atau gaya hidup saat ini ternyata yg sering menyebabkan timbulnya hipertensi ialah :
· Mengonsumsi garam yg tinggi ( melebihi dari 30 gram)
· Kegemukan atau makan berlebihan
· Stress karena suatu masalah
· Memiliki kebiasaan dalam Merokok
· Memiliki kebiasaan suka mengkonsumsi minuman beralkohol
· Minum obat-obatan ( seperti ephedrine, prednison, dan epineprin )
Dari data statistik yang ditemukan terbukti bahwa seorang akan mempunyai kemungkinan jauh lebih besar utk memperoleh hipertensi apabila orang tuanya merupakan penderita hipertensi.
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yg mempengaruhi timbulnya hipertensi yaitu :
· umur( bila usia bertambah sehingga TD meningkat )
· Jenis kelamin ( laki laki lebih tinggi terkena hipertensi dibandingkan dengan perempuan)
· Ras ( ras kulit hitam ternyata lebih banyak terkena penyakit hipertensi dari kulit putih )
c. Adat hidup
Tradisi hidup atau gaya hidup saat ini ternyata yg sering menyebabkan timbulnya hipertensi ialah :
· Mengonsumsi garam yg tinggi ( melebihi dari 30 gram)
· Kegemukan atau makan berlebihan
· Stress karena suatu masalah
· Memiliki kebiasaan dalam Merokok
· Memiliki kebiasaan suka mengkonsumsi minuman beralkohol
· Minum obat-obatan ( seperti ephedrine, prednison, dan epineprin )
Coba Lihat laporan Pendahuluan Stroke
3. Patofisiologi
penyebab utama adalah pada penyakit jantung hipertensif merupakan hipertrofi ventrikel kiri yg terjadi sebagai akibat dengan cara langsung dari peningkatan bertahap tahanan pembuluh darah perifer & beban akhir ventrikel kiri. Aspek yg menentukan hipertrofi ventrikel kiri yakni derajat & lamanya peningkatan diastole. Pengaruh sekian banyak aspek humoral seperti rangsangan simpato-adrenal yg meningkat & peningkatan aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAA) belum didapati, bisa jadi yang merupakan penunjang saja. Fungsi pompa ventrikel kiri tatkala hipertensi berhubungan erat bersama penyebab hipertrofi & terjadinya aterosklerosis primer.
Terhadap stadium permulaan hipertensi, hipertrofi yg berlangsung yakni difus (konsentrik). Rasio massa & volume akhir diastolik ventrikel kiri meningkat tidak dengan perubahan yg berarti pada fungsi pompa efektif ventrikel kiri. Pada stadium seterusnya, dikarenakan penyakir berlanjut terus, hipertrofi menjadi tidak teratur, & hasilnya eksentrik, akibat terbatasnya aliran darah koroner. Khas pada jantung dgn hipertrofi eksentrik menggambarkan berkurangnya rasio antara massa & volume, oleh dikarenakan meningkatnya volume diastolik akhir. Factor ini diperlihatkan juga sebagai penurunan dengan cara menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksi ejeksi), peningkatan tegangan dinding ventrikel pada waktu sistol & konsumsi oksigen otot jantung. Hal-hal yg memperburuk fungsi mekanik ventrikel kiri berhubungan erat apabila disertai dengan penyakit jantung koroner.
Hal Koroner
Meskipun tekanan perfusi koroner meningkat, tahanan pembuluh koroner pula meningkat. Menjadi cadangan aliran darah koroner menyusut. Perubahan-perubahan secara hemodinamik sirkulasi koroner yang terjadi pada hipertensi berhubungan erat bersama derajat hipertrofi otot jantung.
Ada 2 factor penting penyebab penurunan cadangan aliran darah koroner, adalah :
1) penebalan arteriol koroner, adalah bagian dari hipertrofi umum pada otot polos pembuluh darah yang resistensi arteriol (arteriolar resistance vessels) semua badan. Setelah Itu terjadi retensi garam & air yg mengakibatkan berkurangnya compliance pembuluh-pembuluh ini & mengakibatkan tahanan perifer;
2) hipertrofi yg meningkat mengakibatkan kurangnya kepadatan kepiler per unit otot jantung apabila timbul hipertrofi eksentrik. Peningkatan jarak difusi antara kapiler & serat otot yg hipertrofik jadi faktor utama pada stadium lanjut dari gambaran hemodinamik ini.
Menjadi, factor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat penyakit, meski kelihatan sebagai penyebab patologis yg penting dari gangguan aktifitas mekanik ventrikel kiri.
3. Patofisiologi
penyebab utama adalah pada penyakit jantung hipertensif merupakan hipertrofi ventrikel kiri yg terjadi sebagai akibat dengan cara langsung dari peningkatan bertahap tahanan pembuluh darah perifer & beban akhir ventrikel kiri. Aspek yg menentukan hipertrofi ventrikel kiri yakni derajat & lamanya peningkatan diastole. Pengaruh sekian banyak aspek humoral seperti rangsangan simpato-adrenal yg meningkat & peningkatan aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAA) belum didapati, bisa jadi yang merupakan penunjang saja. Fungsi pompa ventrikel kiri tatkala hipertensi berhubungan erat bersama penyebab hipertrofi & terjadinya aterosklerosis primer.
Terhadap stadium permulaan hipertensi, hipertrofi yg berlangsung yakni difus (konsentrik). Rasio massa & volume akhir diastolik ventrikel kiri meningkat tidak dengan perubahan yg berarti pada fungsi pompa efektif ventrikel kiri. Pada stadium seterusnya, dikarenakan penyakir berlanjut terus, hipertrofi menjadi tidak teratur, & hasilnya eksentrik, akibat terbatasnya aliran darah koroner. Khas pada jantung dgn hipertrofi eksentrik menggambarkan berkurangnya rasio antara massa & volume, oleh dikarenakan meningkatnya volume diastolik akhir. Factor ini diperlihatkan juga sebagai penurunan dengan cara menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksi ejeksi), peningkatan tegangan dinding ventrikel pada waktu sistol & konsumsi oksigen otot jantung. Hal-hal yg memperburuk fungsi mekanik ventrikel kiri berhubungan erat apabila disertai dengan penyakit jantung koroner.
Hal Koroner
Meskipun tekanan perfusi koroner meningkat, tahanan pembuluh koroner pula meningkat. Menjadi cadangan aliran darah koroner menyusut. Perubahan-perubahan secara hemodinamik sirkulasi koroner yang terjadi pada hipertensi berhubungan erat bersama derajat hipertrofi otot jantung.
Ada 2 factor penting penyebab penurunan cadangan aliran darah koroner, adalah :
1) penebalan arteriol koroner, adalah bagian dari hipertrofi umum pada otot polos pembuluh darah yang resistensi arteriol (arteriolar resistance vessels) semua badan. Setelah Itu terjadi retensi garam & air yg mengakibatkan berkurangnya compliance pembuluh-pembuluh ini & mengakibatkan tahanan perifer;
2) hipertrofi yg meningkat mengakibatkan kurangnya kepadatan kepiler per unit otot jantung apabila timbul hipertrofi eksentrik. Peningkatan jarak difusi antara kapiler & serat otot yg hipertrofik jadi faktor utama pada stadium lanjut dari gambaran hemodinamik ini.
Menjadi, factor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat penyakit, meski kelihatan sebagai penyebab patologis yg penting dari gangguan aktifitas mekanik ventrikel kiri.
Untuk mempermudah pemahaman dapat dilihat pada skema yang ada dibawah ini:
4. Tanda dan Gejala
Tanda serta gejala hipertensi dapat dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala yang begitu spesifik yang dapat dihubungkan dengan adanya peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh tenaga kesehatan yang memeriksa tekanan darahnya. Ini menunjukan bahwa hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa atau di tentukan apabila tekanan arteri tidak dikur.
b. Gejala yg lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yg menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala & kelelahan. Dalam kenyataannya ini adalah gejala terlazim yg berkaitan kebanyakan pasien yg mencari bantuan medis.
Tanda serta gejala hipertensi dapat dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala yang begitu spesifik yang dapat dihubungkan dengan adanya peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh tenaga kesehatan yang memeriksa tekanan darahnya. Ini menunjukan bahwa hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa atau di tentukan apabila tekanan arteri tidak dikur.
b. Gejala yg lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yg menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala & kelelahan. Dalam kenyataannya ini adalah gejala terlazim yg berkaitan kebanyakan pasien yg mencari bantuan medis.
5. Klasifikasi
Dengan Cara klinis derajat hipertensi akan dikelompokkan sebagai berikut :
Dengan Cara klinis derajat hipertensi akan dikelompokkan sebagai berikut :
6. MANIFESTASI KLINIS
Terhadap sebagian besar penderita, hipertensi tak memunculkan gejala; biarpun secara tidak sengaja sekian banyak gejala terjadi bersamaan & diakui berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yg dimaksud yakni sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan & kelelahan; yg mungkin terjadi baik pada penderita hipertensi, ataupun pada seseorang bersama tekanan darah yg normal.
Kalau hipertensinya berat atau menahun & tak diobati, mampu timbul gejala berikut :
· sakit kepala
· kelelahan
· mual
· muntah
· sesak nafas
· gelisah
· pandangan jadi kabur yg terjadi dikarenakan adanya kerusakan pada otak, mata, jantung & ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran & bahkan koma dikarenakan terjadi pembengkakan otak. Kondisi ini dinamakan ensefalopati hipertensif, yg memerlukan penanganan langsung.
Terhadap sebagian besar penderita, hipertensi tak memunculkan gejala; biarpun secara tidak sengaja sekian banyak gejala terjadi bersamaan & diakui berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yg dimaksud yakni sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan & kelelahan; yg mungkin terjadi baik pada penderita hipertensi, ataupun pada seseorang bersama tekanan darah yg normal.
Kalau hipertensinya berat atau menahun & tak diobati, mampu timbul gejala berikut :
· sakit kepala
· kelelahan
· mual
· muntah
· sesak nafas
· gelisah
· pandangan jadi kabur yg terjadi dikarenakan adanya kerusakan pada otak, mata, jantung & ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran & bahkan koma dikarenakan terjadi pembengkakan otak. Kondisi ini dinamakan ensefalopati hipertensif, yg memerlukan penanganan langsung.
7. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yg bisa berlangsung pada penyakit hipertensi menurut TIM POKJA RS Harapan Kita (2003 : 64) & Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007) yakni diantaranya :
· Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, dan transient ischemic attack =.
· Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard acut (IMA).
· Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.
· Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupil.
Adapun komplikasi yg bisa berlangsung pada penyakit hipertensi menurut TIM POKJA RS Harapan Kita (2003 : 64) & Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007) yakni diantaranya :
· Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, dan transient ischemic attack =.
· Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard acut (IMA).
· Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.
· Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupil.
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang menurut Dosen Fakultas kedokteran USU, Abdul Madjid (2004), meliputi :
· Pemeriksaan laboratorium teratur yg dilakukan sebelum mengawali terapi bertujuan memastikan adanya kerusakan organ & faktor resiko lain atau mencari penyebab hipertensi. umumnya diperiksa urin analisa, darah perifer komplit, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol keseluruhan, HDL, LDL
· Pemeriksaan EKG. EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP (bisa mengidentifikasi hipertensi, yang merupakan tambahan bisa dilakukan pemerisaan lain, seperti klirens kreatinin, protein, asam urat, TSH & ekordiografi.
· Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal), glucose (DM) kalium serum (meningkat menunjukkan aldosteron yg meningkat), kalsium serum (peningkatan bisa menyebabkan hipertensi : kolesterol & tri gliserit (indikasi pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid (menyebabkan vasokonstrisi), urinanalisa protein, gula (menunjukkan disfungsi ginjal), asam urat (hal penyebab hipertensi)
· Pemeriksaan radiologi : Photo dada & CT scan
Pemeriksaan penunjang menurut Dosen Fakultas kedokteran USU, Abdul Madjid (2004), meliputi :
· Pemeriksaan laboratorium teratur yg dilakukan sebelum mengawali terapi bertujuan memastikan adanya kerusakan organ & faktor resiko lain atau mencari penyebab hipertensi. umumnya diperiksa urin analisa, darah perifer komplit, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol keseluruhan, HDL, LDL
· Pemeriksaan EKG. EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP (bisa mengidentifikasi hipertensi, yang merupakan tambahan bisa dilakukan pemerisaan lain, seperti klirens kreatinin, protein, asam urat, TSH & ekordiografi.
· Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal), glucose (DM) kalium serum (meningkat menunjukkan aldosteron yg meningkat), kalsium serum (peningkatan bisa menyebabkan hipertensi : kolesterol & tri gliserit (indikasi pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid (menyebabkan vasokonstrisi), urinanalisa protein, gula (menunjukkan disfungsi ginjal), asam urat (hal penyebab hipertensi)
· Pemeriksaan radiologi : Photo dada & CT scan
9. PENATALAKSANAAN
a. Olah raga lebih banyak dihubungkan bersama pengobatan hipertensi, sebab olah raga isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yg rutin bisa memperlancar peredaran darah maka bisa menurunkan tekanan darah. Olah raga dapat juga digunakan buat mengurangi/ mencegah obesitas & mengurangi asupan garam ke dalam badan (badan yg berkeringat akan mengeluarkan garam melalui kulit).
Pengobatan hipertensi dengan cara garis besar dibagi jadi 2 type adalah :
1. Pengobatan non obat (non farmakologis)
2. Pengobatan dgn obat-obatan (farmakologis)
a. Olah raga lebih banyak dihubungkan bersama pengobatan hipertensi, sebab olah raga isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yg rutin bisa memperlancar peredaran darah maka bisa menurunkan tekanan darah. Olah raga dapat juga digunakan buat mengurangi/ mencegah obesitas & mengurangi asupan garam ke dalam badan (badan yg berkeringat akan mengeluarkan garam melalui kulit).
Pengobatan hipertensi dengan cara garis besar dibagi jadi 2 type adalah :
1. Pengobatan non obat (non farmakologis)
2. Pengobatan dgn obat-obatan (farmakologis)
Pengobatan non obat (non farmakologis)
Pengobatan non farmakologis kadang-kadang bisa mengontrol tekanan darah maka pengobatan farmakologis jadi tak digunakan atau sekurang-kurangnya ditunda. Sedangkan pada kondisi di mana obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan non farmakologis akan dimanfaatkan sebagai pelengkap utk mendapati efek pengobatan yg tambah baik.
Pengobatan non farmakologis diantaranya yakni :
1. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh
2. Mengurangi asupan garam ke dalam badan.
Nasehat pengurangan garam, mesti memperhatikan rutinitas makan penderita. Pengurangan asupan garam dengan cara drastis dapat susah dilaksanakan. Trik pengobatan ini hendaknya tidak dipakai yang merupakan pengobatan tunggal, namun lebih baik dipakai juga sebagai pelengkap pada pengobatan farmakologis.
3. Ciptakan kondisi rileks
Bermacam Macam trick relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis sanggup mengontrol system saraf yg hasilnya mampu menurunkan tekanan darah.
4. Melaksanakan olah raga seperti senam aerobik atau jalan serentak selama 30-45 menit jumlahnya
3-4 kali seminggu.
5. Berhenti merokok & mengurangi mengonsumsi alkohol
Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)
Obat-obatan antihipertensi. Terdapat tidak sedikit tipe obat antihipertensi yg beredar sekarang ini. Buat pemilihan obat yg pas diharapkan menghubungi dokter.
· Diuretik
Obat-obatan type diuretik bekerja secara mengeluarkan cairan tubuh(melalui kencing) maka volume cairan ditubuh menyusut yg mengakibatkan daya pompa jantung jadi lebih ringan. Sample obatannya merupakan Hidroklorotiazid.
· Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dgn menghambat gerakan saraf simpatis (saraf yg bekerja pada disaat kita beraktivitas ). Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin & Reserpin.
· Betabloker
Prosedur kerja anti-hipertensi obat ini ialah lewat penurunan daya pompa jantung. Type betabloker tak dianjurkan kepada penderita yg sudah didapati mengidap kesukaran pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya yakni : Metoprolol, Propranolol & Atenolol. Terhadap penderita diabetes melitus mesti hati-hati, dikarenakan akan menutupi gejala hipoglikemia (keadaan di mana kadar gula dalam darah turun jadi teramat rendah yg dapat berakibat bahaya bagi penderitanya). Kepada ortu terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) maka pemberian obat mesti hati-hati.
· Vasodilator
Obat golongan ini bekerja cepat terhadap pembuluh darah dgn relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yg termasuk juga dalam golongan ini yakni : Prasosin, Hidralasin. Efek samping yg mungkin saja bakal terjadi dari pemberian obat ini merupakan : sakit kepala & pusing.
· Penghambat ensim konversi Angiotensin
Trick kerja obat golongan ini merupakan menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yg bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obat yg termasuk juga golongan ini yaitu Kaptopril. Efek samping yg bisa jadi timbul ialah : batuk kering, pusing, sakit kepala & lemas.
· Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung secara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yg termasuk juga golongan obat ini yakni : Nifedipin, Diltiasem & Verapamil. Efek samping yg bisa jadi timbul merupakan : sembelit, pusing, sakit kepala & muntah.
· Penghambat Reseptor Angiotensin II
Kiat kerja obat ini yaitu dgn menghalangi penempelan zat Angiotensin II kepada reseptornya yg mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yg termasuk juga dalam golongan ini yaitu Valsartan (Diovan). Efek samping yg bisa saja timbul adalah : sakit kepala, pusing, lemas & mual.
Dgn pengobatan & kontrol yg rutin, pula menghindari perihal dampak terjadinya hipertensi, sehingga angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.
Pengobatan non farmakologis kadang-kadang bisa mengontrol tekanan darah maka pengobatan farmakologis jadi tak digunakan atau sekurang-kurangnya ditunda. Sedangkan pada kondisi di mana obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan non farmakologis akan dimanfaatkan sebagai pelengkap utk mendapati efek pengobatan yg tambah baik.
Pengobatan non farmakologis diantaranya yakni :
1. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh
2. Mengurangi asupan garam ke dalam badan.
Nasehat pengurangan garam, mesti memperhatikan rutinitas makan penderita. Pengurangan asupan garam dengan cara drastis dapat susah dilaksanakan. Trik pengobatan ini hendaknya tidak dipakai yang merupakan pengobatan tunggal, namun lebih baik dipakai juga sebagai pelengkap pada pengobatan farmakologis.
3. Ciptakan kondisi rileks
Bermacam Macam trick relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis sanggup mengontrol system saraf yg hasilnya mampu menurunkan tekanan darah.
4. Melaksanakan olah raga seperti senam aerobik atau jalan serentak selama 30-45 menit jumlahnya
3-4 kali seminggu.
5. Berhenti merokok & mengurangi mengonsumsi alkohol
Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)
Obat-obatan antihipertensi. Terdapat tidak sedikit tipe obat antihipertensi yg beredar sekarang ini. Buat pemilihan obat yg pas diharapkan menghubungi dokter.
· Diuretik
Obat-obatan type diuretik bekerja secara mengeluarkan cairan tubuh(melalui kencing) maka volume cairan ditubuh menyusut yg mengakibatkan daya pompa jantung jadi lebih ringan. Sample obatannya merupakan Hidroklorotiazid.
· Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dgn menghambat gerakan saraf simpatis (saraf yg bekerja pada disaat kita beraktivitas ). Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin & Reserpin.
· Betabloker
Prosedur kerja anti-hipertensi obat ini ialah lewat penurunan daya pompa jantung. Type betabloker tak dianjurkan kepada penderita yg sudah didapati mengidap kesukaran pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya yakni : Metoprolol, Propranolol & Atenolol. Terhadap penderita diabetes melitus mesti hati-hati, dikarenakan akan menutupi gejala hipoglikemia (keadaan di mana kadar gula dalam darah turun jadi teramat rendah yg dapat berakibat bahaya bagi penderitanya). Kepada ortu terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) maka pemberian obat mesti hati-hati.
· Vasodilator
Obat golongan ini bekerja cepat terhadap pembuluh darah dgn relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yg termasuk juga dalam golongan ini yakni : Prasosin, Hidralasin. Efek samping yg mungkin saja bakal terjadi dari pemberian obat ini merupakan : sakit kepala & pusing.
· Penghambat ensim konversi Angiotensin
Trick kerja obat golongan ini merupakan menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yg bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obat yg termasuk juga golongan ini yaitu Kaptopril. Efek samping yg bisa jadi timbul ialah : batuk kering, pusing, sakit kepala & lemas.
· Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung secara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yg termasuk juga golongan obat ini yakni : Nifedipin, Diltiasem & Verapamil. Efek samping yg bisa jadi timbul merupakan : sembelit, pusing, sakit kepala & muntah.
· Penghambat Reseptor Angiotensin II
Kiat kerja obat ini yaitu dgn menghalangi penempelan zat Angiotensin II kepada reseptornya yg mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yg termasuk juga dalam golongan ini yaitu Valsartan (Diovan). Efek samping yg bisa saja timbul adalah : sakit kepala, pusing, lemas & mual.
Dgn pengobatan & kontrol yg rutin, pula menghindari perihal dampak terjadinya hipertensi, sehingga angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.
10. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian ini meliputi identitas pasien, umur, pekerjaan, riwayat penyakit sekarang, dahulu, dan keluarga.
Dalam pengkajian Doengoes ( 1999 ) meliputi aktivitas dan latihan, eliminasi, kebiasaan BAB dan BAK, makan dan cairan meliputi kebiasaan makanan dan minuman yang dikonsumsi dari jenis makanan berlemak, kolesterol tinggi, beralkohol, mengandung garam yang tinggi, dan sebagainya. Neuron sensori : gejala sakit kepala, lemas, istirahat, dan tidur, adanya susah tidur, kebiasaan tidur, persepsi kognitif, persepsi klien tentang penyakitnya sedangkan untuk pemeriksaan fisik yang terpenting adalah tanda-tanda vital yaitu tensi darah, adanya kenaikan.
1. Pengkajian
Pengkajian ini meliputi identitas pasien, umur, pekerjaan, riwayat penyakit sekarang, dahulu, dan keluarga.
Dalam pengkajian Doengoes ( 1999 ) meliputi aktivitas dan latihan, eliminasi, kebiasaan BAB dan BAK, makan dan cairan meliputi kebiasaan makanan dan minuman yang dikonsumsi dari jenis makanan berlemak, kolesterol tinggi, beralkohol, mengandung garam yang tinggi, dan sebagainya. Neuron sensori : gejala sakit kepala, lemas, istirahat, dan tidur, adanya susah tidur, kebiasaan tidur, persepsi kognitif, persepsi klien tentang penyakitnya sedangkan untuk pemeriksaan fisik yang terpenting adalah tanda-tanda vital yaitu tensi darah, adanya kenaikan.
2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
Menurut Doengoes ( 1993 ) pada klien hipertensi dapat ditemukan diagnosa dan intervensi keperawatan sebagai berikut :
a. Gangguan perfuasi jaringan sehubungan dengan menurunnya suplai O2 jaringan perifer.
1) Tujuan : suplai O2 ke jaringan terpenuhi
2) Kriteria hasil :
a) Kulit tampak kemerahan tidak cyanosis
b)Suhu tubuh dalam batas normal 36°C s.d 37°C
c) Nadi dalam batas normal ( 60-80 x/mnt )
3) Intervensi :
a) Monitor tekanan darah, untuk evaluasi awal gunakan manset yang tepat dan tehnik yang akurat.
Rasionalisasi : perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan masalah vaskuler.
b) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral perifer
Rasionalisasi : denyutan karotis, juguralis, radialis dan femoralis mungkin teramati/ terpolasi denyut pada tungkai mungkin menurun mencerminkan efek dan vasokontriksi dan kongesti vena.
c) Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.
Rasionalisasi : adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisia kapiler lambat, mungkin kaitannya dengan vasokontriksi atau mencerminkan dekompensasi/ penurunan curah jantung
d) Catat adanya oedem umum / tertentu
Rasionalisasi : dapat mengidentivikasi gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler.
e) Ciptakan lingkungan yang nyaman
Rasionalisasi : membantu menurunkan rangsang simpatis, meningkatkan relaksasi.
f) Batasi aktivitas
Rasionalisasi : menurunkan stress dan ketegangan yang mrmpengaruhi tekanan darah dan perjalanan penyakit.
g) Lakukan tindakan yang nyaman seperti meninggikan kepala di tempat tidur.
Rasionalisasi :mengurangi ketidaknyamanan dan dapat menurunkan rangsang simpatis.
h) Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.
Rasionalisasi : respon terhadap terapi obat, tergantung individu efek sinergis obat karena efek sampinh tersebut, maka penting untuk menggunakan obat dalam jumlah sedikit dan dosis rendah.
Kolaborasi : berikan obat sesuai indikasi.
b. Ganguan rasa nyaman nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
1) Tujuan : nyeri berkurang / hilang
2) Kriteria hasil : a) tekanan darah turun/normal maksimal 140/90mmHg
b) klien tidak merasa pusing / leher tidak terasa kaku lagi
c) klien tampak tenang
3) Intervensi :
a) Mempertahankan tirah baring selama masa akut.
Rasionalisasi : meminimalkan stimulasi / maningkatkan relaksasi.
b) Berikan tindakan non farmakologik untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya : kompres idngin pada dahi, pijat punggung.
Rasionalisasi : tindakan massage bertujuan untuk menurunkan tekanan vaskuler serebral dan memperlambat respon simpatik, efektif dalam menghilangkan nyeri.
c) Hilangkan / minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, misalnya : mengejan waktu BAB, batuk panjang dan banyak bergerak.
Rasionalisasi : aktivitas yang meningkat vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada peningkatan tekanan vaskuler.
d) Bantu klien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
Rasionalisasi : pusing dan penglihatan kabur sering berhubungan dengan sakit kepala klien juga dapat mengalamio episode hipertensi postural.
e) Berikan cairan , makanan lunak yang mudah ditelan.
Rasionalisasi : meningkatkan kenyamanan umum dan mengurangi kebutuhan energi/ kelelahan.
f) Berikan analgetik sesuai indikasi terapi.
Rasionalisasi : menurunkan nyeri dan merangsang system syaraf simpatis.
Menurut Doengoes ( 1993 ) pada klien hipertensi dapat ditemukan diagnosa dan intervensi keperawatan sebagai berikut :
a. Gangguan perfuasi jaringan sehubungan dengan menurunnya suplai O2 jaringan perifer.
1) Tujuan : suplai O2 ke jaringan terpenuhi
2) Kriteria hasil :
a) Kulit tampak kemerahan tidak cyanosis
b)Suhu tubuh dalam batas normal 36°C s.d 37°C
c) Nadi dalam batas normal ( 60-80 x/mnt )
3) Intervensi :
a) Monitor tekanan darah, untuk evaluasi awal gunakan manset yang tepat dan tehnik yang akurat.
Rasionalisasi : perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan masalah vaskuler.
b) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral perifer
Rasionalisasi : denyutan karotis, juguralis, radialis dan femoralis mungkin teramati/ terpolasi denyut pada tungkai mungkin menurun mencerminkan efek dan vasokontriksi dan kongesti vena.
c) Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.
Rasionalisasi : adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisia kapiler lambat, mungkin kaitannya dengan vasokontriksi atau mencerminkan dekompensasi/ penurunan curah jantung
d) Catat adanya oedem umum / tertentu
Rasionalisasi : dapat mengidentivikasi gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler.
e) Ciptakan lingkungan yang nyaman
Rasionalisasi : membantu menurunkan rangsang simpatis, meningkatkan relaksasi.
f) Batasi aktivitas
Rasionalisasi : menurunkan stress dan ketegangan yang mrmpengaruhi tekanan darah dan perjalanan penyakit.
g) Lakukan tindakan yang nyaman seperti meninggikan kepala di tempat tidur.
Rasionalisasi :mengurangi ketidaknyamanan dan dapat menurunkan rangsang simpatis.
h) Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.
Rasionalisasi : respon terhadap terapi obat, tergantung individu efek sinergis obat karena efek sampinh tersebut, maka penting untuk menggunakan obat dalam jumlah sedikit dan dosis rendah.
Kolaborasi : berikan obat sesuai indikasi.
b. Ganguan rasa nyaman nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
1) Tujuan : nyeri berkurang / hilang
2) Kriteria hasil : a) tekanan darah turun/normal maksimal 140/90mmHg
b) klien tidak merasa pusing / leher tidak terasa kaku lagi
c) klien tampak tenang
3) Intervensi :
a) Mempertahankan tirah baring selama masa akut.
Rasionalisasi : meminimalkan stimulasi / maningkatkan relaksasi.
b) Berikan tindakan non farmakologik untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya : kompres idngin pada dahi, pijat punggung.
Rasionalisasi : tindakan massage bertujuan untuk menurunkan tekanan vaskuler serebral dan memperlambat respon simpatik, efektif dalam menghilangkan nyeri.
c) Hilangkan / minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, misalnya : mengejan waktu BAB, batuk panjang dan banyak bergerak.
Rasionalisasi : aktivitas yang meningkat vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada peningkatan tekanan vaskuler.
d) Bantu klien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
Rasionalisasi : pusing dan penglihatan kabur sering berhubungan dengan sakit kepala klien juga dapat mengalamio episode hipertensi postural.
e) Berikan cairan , makanan lunak yang mudah ditelan.
Rasionalisasi : meningkatkan kenyamanan umum dan mengurangi kebutuhan energi/ kelelahan.
f) Berikan analgetik sesuai indikasi terapi.
Rasionalisasi : menurunkan nyeri dan merangsang system syaraf simpatis.
c. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan.
1) Tujuan : klien dapat beraktivitas tanpa bantuan
2) Kriteria hasil : a) klien merasa mampu beraktivitas
b) klien bisa beraktivitas sederhan
3) Intervensi :
a) Kaji respon keluarga terhadap aktivitas
Rasionalisasi : mengkaji respon fisiologis terhadap stress aktivitas dan bila ada merupakan indicator dari aktivitas kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.
b) Intruksikan klien tentang teknis penghematan energi
Rasionalisasi : tehnik penghematan energi mengurangi penurunan energi, juga membentu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
c) Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas / perawatan diri bertahap, berikan bantuan sesuai kebutuhan.
Rasionalisasi : kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas.
1) Tujuan : klien dapat beraktivitas tanpa bantuan
2) Kriteria hasil : a) klien merasa mampu beraktivitas
b) klien bisa beraktivitas sederhan
3) Intervensi :
a) Kaji respon keluarga terhadap aktivitas
Rasionalisasi : mengkaji respon fisiologis terhadap stress aktivitas dan bila ada merupakan indicator dari aktivitas kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.
b) Intruksikan klien tentang teknis penghematan energi
Rasionalisasi : tehnik penghematan energi mengurangi penurunan energi, juga membentu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
c) Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas / perawatan diri bertahap, berikan bantuan sesuai kebutuhan.
Rasionalisasi : kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas.
d. Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan pusing sekunder dengan peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK).
1) Tujuan : penderita bisa istirahat dan tidur dengan tenang
2) Kriteria hasil : a) Penderita bisa tidur ±8 jam perhari.
b) Mata tidak tampak merah.
3) Intervensi :
a) Kaji kebiasaan tidur / istirahat
Rasionalisasi : mengkaji perk\lunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.
b) Kaji kebiasaan pengguanaan obat sedative
Rasionalisasi : kebiasaan pemakaian obat sangat sedative sangat mempengaruhi pola tidur.
c) Ciptakan suasana tenang
Rasionalisasi : memberikan situasi kondusif untuk tidur.
d) Anjurkan tehnik relaksasi
Rasionalisasi : membantu menginduksi tidur.
e) Beri posisi tidur yang nyaman
Rasionalisasi : perubahan posisi mengubah cara tekanan dan meningkatkan istirahat.
1) Tujuan : penderita bisa istirahat dan tidur dengan tenang
2) Kriteria hasil : a) Penderita bisa tidur ±8 jam perhari.
b) Mata tidak tampak merah.
3) Intervensi :
a) Kaji kebiasaan tidur / istirahat
Rasionalisasi : mengkaji perk\lunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.
b) Kaji kebiasaan pengguanaan obat sedative
Rasionalisasi : kebiasaan pemakaian obat sangat sedative sangat mempengaruhi pola tidur.
c) Ciptakan suasana tenang
Rasionalisasi : memberikan situasi kondusif untuk tidur.
d) Anjurkan tehnik relaksasi
Rasionalisasi : membantu menginduksi tidur.
e) Beri posisi tidur yang nyaman
Rasionalisasi : perubahan posisi mengubah cara tekanan dan meningkatkan istirahat.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.
1) Tujuan : pasien mengerti tentang penyakitnya
2) Kriteria hasil : pasien dapat mengungkapkan tentang hipertensi, gejala, tanda, penyebab, komplikasi, dan pencegahannya.
3) Intervensi :
a) Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.
Rasionalisasi : mengkajio tingkat kemampuan klien, yang mana dapat mempengaruhi minat klien/ orang terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan terapi dan prognisis serta hambatan yang terjadi dalam proses pengobatan.
b) Tetapkan dan tentukan tekanan darah normal, jelaskan tentang hipertensi dan efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak.
Rasionalisasi : memberikan dasar pengetahuan yang benar tentang tekanan darah serta menerangkan faktor-faktor resiko yang menunjukan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskuler.
c) Bantu klien dalam menidentifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskuler yang dapat diubah, misalnya obesitas, diet tnggi lemak jenuh dan kolesterol, merokok, alkoholik, dan pola hidup penuh stress.
d) Jelaskan tentang terapi, obat-obatan serta efek samping yang terjadi.
Rasionalisasi : menjelaskan factor resiko dan kemungkinan yang diubah serta manfaat yang dapat diambil.
e) Anjurkan klien untuk konsultasi dengan pemberi peringatan sebelum menggunakan obat yang diresepkan ataupun yang tidak diresepkan.
Rasionalisasi : kewaspadaan penting dalam pencegahan interaksi obat yang kemungkinan berbahaya
1) Tujuan : pasien mengerti tentang penyakitnya
2) Kriteria hasil : pasien dapat mengungkapkan tentang hipertensi, gejala, tanda, penyebab, komplikasi, dan pencegahannya.
3) Intervensi :
a) Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.
Rasionalisasi : mengkajio tingkat kemampuan klien, yang mana dapat mempengaruhi minat klien/ orang terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan terapi dan prognisis serta hambatan yang terjadi dalam proses pengobatan.
b) Tetapkan dan tentukan tekanan darah normal, jelaskan tentang hipertensi dan efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak.
Rasionalisasi : memberikan dasar pengetahuan yang benar tentang tekanan darah serta menerangkan faktor-faktor resiko yang menunjukan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskuler.
c) Bantu klien dalam menidentifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskuler yang dapat diubah, misalnya obesitas, diet tnggi lemak jenuh dan kolesterol, merokok, alkoholik, dan pola hidup penuh stress.
d) Jelaskan tentang terapi, obat-obatan serta efek samping yang terjadi.
Rasionalisasi : menjelaskan factor resiko dan kemungkinan yang diubah serta manfaat yang dapat diambil.
e) Anjurkan klien untuk konsultasi dengan pemberi peringatan sebelum menggunakan obat yang diresepkan ataupun yang tidak diresepkan.
Rasionalisasi : kewaspadaan penting dalam pencegahan interaksi obat yang kemungkinan berbahaya
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth.2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Doengoes ( 1993 ). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Smith T. 1995. Tekanan Darah Tinggi. Cetakan V. Arcan.Jakarta
Sobel, B. J. M. D. and George L. Bakris, M . D . FACP. 1999 . Pedoman KLinis diagnosa dan Terapi Hipertensi. Penerbit Hipokrates.
Doengoes ( 1993 ). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Smith T. 1995. Tekanan Darah Tinggi. Cetakan V. Arcan.Jakarta
Sobel, B. J. M. D. and George L. Bakris, M . D . FACP. 1999 . Pedoman KLinis diagnosa dan Terapi Hipertensi. Penerbit Hipokrates.
0 comments: