BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Konsep Dasar Harga Diri Rendah Kronis
1. Pengertian Konsep Diri
Konsep Diri adalah semua ide,
pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan
mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart &
Sundeen, 1998).
Konsep diri seseorang tidak
terbentuk waktu lahir ; tetapi dipelajari sebagai hasil dari pengalaman unik
seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dengan realitas dunia,
kemudian melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain.
Seseorang yang dikatakan mempunyai
konsep diri negatif jika ia meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak
berdaya, tidak dapat berbuat apa – apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak
menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Orang dengan
konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan
kesempatan yang dihadapinya. Akan ada dua pihak yang bisa disalahkannya, entah
itu menyalahkan diri sendiri (secara negatif) atau menyalahkan orang lain (Rini,
J.F, 2002).
Konsep diri terdiri atas
komponen-komponen berikut ini :
1) Citra tubuh (Body Image)
Citra tubuh (Body Image) adalah kumpulan dari sikap
individu yang disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi
masa lalu dan sekarang, serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan
potensi. Yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan persepsi dan
pengalaman yang baru (Stuart & Sundeen, 1998).
2)
Ideal Diri (Self Ideal)
Ideal diri adalah persepsi individu tentang
bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan standar, aspirasi, tujuan atau
nilai personal tertentu (Stuart & Sundeen, 1998). Sering juga disebut bahwa ideal diri sama dengan
cita – cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri.
3) Identitas Diri (Self Identifity)
Identitas
adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung jawab
terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikkan individu (Stuart &
Sundeen, 1998). Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus
berlangsung sepanjang kehidupan tapi merupakan tugas utama pada masa remaja.
4) Peran Diri (Self Role)
Serangkaian pola perilaku yang
diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu di
berbagai kelompok sosial. Peran
yang diterapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran
yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu (Stuart &
Sundeen, 1998).
5) Harga Diri (Self Esteem)
Harga diri adalah penilaian
individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik
perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah
perasaan yang berakar dalam penerimaan diri tanpa syarat, walaupun melakukan
kesalahan, kekalahan, tetap merasa sebagai seorang yang penting dan berharga (Stuart
& Sundeen, 1998.
- Rentang Respon
Konsep diri merupakan aspek kritikal
dan dasar dari perilaku individu. Individu dengan konsep diri yang positif
dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat dari kemampuan interpersonal,
kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan. Konsep diri yang negatif dapat
dilihat dari hubungan individu dan sosial yang maladaptif. Rentang respon
individu terhadap konsep dirinya dapat dilihat pada gambar 1.
Respon Adaptif
Respon Maladaptif
Aktualisasi diri Konsep-diri Harga diri Kerancuan Identitas Depersonalisasi
Positif rendah
Gb 1. Rentang respon konsep –
diri (Stuart & Sundeen, 1998, hlm. 374 ).
Aktualisasi diri merupakan keinginan
untuk mewujudkan kemampuan diri atau keinginan untuk menjadi apapun yang
seseorang mampu untuk mencapainya.
Konsep diri positif merupakan bagaimana seseorang memandang
apa yang ada pada dirinya meliputi citra
dirinya, ideal dirinya, harga dirinya, penampilan peran serta identitas dirinya
secara positif. Hal ini akan
menunjukkan bahwa individu itu akan menjadi individu yang sukses.
Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap dirinya
sendiri, termasuk kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna,
pesimis, tidak ada harapan dan putus asa. Adapun perilaku yang berhubungan
dengan harga diri yang rendah yaitu mengkritik diri sendiri dan/ atau orang
lain, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan kepada orang lain,
gangguan dalam berhubungan, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, perasaan negatif
mengenai tubuhnya sendiri, keluhan fisik, menarik diri secara sosial, khawatir,
serta menarik diri dari realitas.
Kerancuan identitas merupakan suatu kegagalan individu untuk
mengintegrasikan berbagai identifikasi masa kanak – kanak ke dalam kepribadian
psikososial dewasa yang harmonis. Adapun perilaku yang berhubungan dengan
kerancuan identitas yaitu tidak ada kode moral, sifat kepribadian yang
bertentangan, hubungan interpersonal eksploitatif, perasaan hampa. Perasaan
mengambang tentang diri sendiri, tingkat ansietas yang tinggi, ketidak mampuan
untuk empati terhadap orang lain.
Depersonalisasi merupakan suatu perasaan yang tidak realistis
dimana klien tidak dapat membedakan stimulus dari dalam atau luar dirinya
(Stuart & Sundeen, 1998). Individu mengalami kesulitan untuk membedakan
dirinya sendiri dari orang lain, dan tubuhnya sendiri merasa tidak nyata dan
asing baginya.
- Harga Diri Rendah Kronis
Harga Diri Rendah Kronis adalah
perasaan negatif terhadap diri sendiri, termasuk kehilangan percaya diri, tidak
berharga, tidak berguna, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa (Departemen Kesehatan,
1998).
Harga Diri Rendah Kronis dapat digambarkan sebagai
perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa
gagal mencapai keinginan. Harga Diri Rendah Kronis dapat terjadi secara :
a) Situasional yaitu terjadi trauma yang tiba
– tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami/ istri, putus
sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan,
dituduh KKN, dipenjara tiba – tiba).
b) Kronik yaitu perasaan negatif terhadap
diri berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/ dirawat. Klien ini mempunyai cara
berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi
negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respon yang mal adaptif.
Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada
klien gangguan jiwa.
- Etiologi
Berbagai faktor menunjang terjadinya
perubahan dalam konsep – diri seseorang.
a) Faktor Predisposisi
Ada beberapa
faktor predisposisi yang menyebabkan harga diri rendah yaitu :
1) Perkembangan individu yang meliputi :
-
Adanya
penolakan dari orang tua, sehingga anak merasa tidak dicintai kemudian
dampaknya anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal pula untuk mencintai orang
lain.
-
Kurangnya
pujian dan kurangnya pengakuan dari orang – orang tuanya atau orang tua yang
penting/ dekat dengan individu yang bersangkutan.
-
Sikap
orang tua over protecting, anak merasa tidak berguna, orang tua atau orang
terdekat sering mengkritik serta merevidasikan individu.
-
Anak
menjadi frustasi, putus asa merasa tidak berguna dan merasa rendah diri.
2) Ideal diri
-
Individu
selalu dituntut untuk berhasil.
-
Tidak
mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah.
-
Anak
dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya rasa percaya diri.
b) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi atau
stresor pencetus dari munculnya harga diri rendah mungkin ditimbulkan dari
sumber internal dan eksternal seperti:
1) Gangguan fisik dan mental salah satu
anggota keluarga sehingga keluarga merasa malu dan rendah diri.
2) Pengalaman traumatik berulang seperti
penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam
kehidupan, aniaya fisik, kecelakaan, bencana alam dan perampokan. Respon
terhadap trauma pada umumnya akan mengubah arti trauma tersebut dan kopingnya
adalah represi dan denial.
c) Perilaku
Dalam melakukan pengkajian,
perawat dapat memulai dengan mengobservasi penampilan klien, misalnya
kebersihan, dandanan, pakaian. Kemudian
perawat mendiskusikannya dengan klien untuk mendapatkan pandangan klien tentang
gambaran dirinya. Gangguan perilaku pada gangguan konsep diri dapat dibagi
sebagai berikut :
Perilaku
berhubungan dengan harga diri rendah. Harga diri yang rendah merupakan masalah bagi banyak
orang dan diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya disertai oleh evaluasi diri yang
negatif membenci diri sendiri dan menolak diri sendiri.
5.
Diagnosa Keperawatan
a) Harga Diri Rendah Kronis
b) Koping Individu Tidak Efektif
c) Isolasi Sosial
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Harga Diri
Rendah Kronis
Klien
yang mengalami harga diri rendah menyebabkan klien merasa sukar berhubungan
dengan orang lain.dan tidak mempunyai kemandirian Untuk itu, perawat harus
mempunyai kesadaran diri yang tinggi agar dapat menerima dan mengevaluasi
perasaan sendiri sehingga dapat memakai dirinya sendiri secara terapeutik dalam
merawat klien dan meningatkan hara diri klien untuk memberikan motivasi klien.
Dalam memberikan asuhan keperawatan,
perawat harus jujur, empati, terbuka dan penuh penghargaan, tidak larut dalam
perasaan yang sedang dirasakan klien dan tidak menyangkalnya.
1.
Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama
atau langkah awal dari proses keperawatan secara keseluruhan, pada tahap ini
semua data informasi tentang klien yang dibutuhkan dan di analisa untuk
menentukan diagnosa keperawatan (Gaffar, L, J, 1997).
Tahap pertama pengkajian meliputi
faktor predisposisi seperti : psikologis, tanda dan tingkah laku klien dan
mekanisme koping klien. (Stuart & Sundeen, 1999.
dikutip oleh kuliah, B. A., 1998 ).
Pengkajian meliputi beberapa faktor
yaitu :
a)
Faktor Predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri,
termasuk penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis.
2) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran,
yaitu peran yang sesuai dengan jenis kelamin, peran dalam pekerjaan dan peran
yang sesuai dengan kebudayaan.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas diri,
yaitu orang tua yang tidak percaya pada anak, tekanan teman sebaya, dan kultur
sosial yang berubah.
b)
Faktor Presipitasi
1)
Ketegangan peran adalah stres
yang berhubungan dengan frustasi yang dialami individu dalam peran atau posisi
yang diharapkan.
2) Konflik peran adalah ketidak sesuaian
peran antara yng dijalankan dengan yang diinginkan.
3) Peran yang tidak jelas adalah kurangnya pengetahuan
individu tentang peran yang dilakukannya.
4) Peran berlebihan adalah kurangnya sumber
adekuat untuk menampilkan seperangkat peran yang kompleks.
5) Perkembangan yang transisi yaitu
perubahaan norma yang berkaitan dengan nilai untuk menyesuaikan diri.
6) Situasi transisi peran adalah bertambah
atau berkurangnya orang penting dalam kehidupan individu melalui kelahiran atau
kematian orang yang berarti.
c)
Perilaku (Stuart dan Sundeen,
1998) :
1)
Mengkritik
diri sendiri atau orang lain
2)
Produktivitas menurun
3)
Destruktif pada orang lain
4)
Gangguan berhubungan
5)
Merasa diri lebih penting
6)
Merasa tidak layak
7)
Rasa bersalah
8)
Mudah marah dan tersinggung
9)
Perasaan negatif terhadap diri
sendiri
10)
Pandangan hidup yang pesimis
11)
Keluhan – keluhan fisik
12)
Pandangan hidup terpolarisasi
13)
Mengingkari kemampuan diri
sendiri
14)
Mengejek diri sendiri
15)
Menciderai diri sendiri
16)
Isolasi sosial
17)
Penyalahgunaan zat
18)
Menarik diri dari realitas
19)
Khawatir
20)
Ketegangan peran
d)
Mekanisme Koping
Jangka Pendek :
1) Kegiatan yang dilakukan untuk lari
sementara dari krisis : Pemakaian obat – obatan, kerja keras, nonton TV terus –
menerus.
2) Kegiatan mengganti identitas sementara
(Ikut kelompok sosial, keagamaan, politik).
3) Kegiatan yang memberi dukungan sementara (Kompetisi
olah raga kontes popularitas).
4)
Kegiatan mencoba menghilangkan
identitas sementara (Penyalahgunaan obat).
Jangka Panjang :
1) Menutup identitas
2) Identitas negatif : Asumsi yang
bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat
2.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu
pernyataan gangguan status kesehatan jiwa klien baik aktual maupun potensial
yang dapat dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan yang dilakukan
didalam diagnosa keperawatan terdapat pernyataan respon klien dimana perawat
bertanggung jawab dan mampu mengatasinya (Gaffar, L. J, 1997).
Diagnosa keperawatan
yang diangkat berdasarkan pohon masalah adalah :
3. Pohon Masalah
Isolasi Sosial
Efect
Harga Diri Rendah Kronis
Core Problem
Koping Tidak Efektif
Causa
4.
Masalah Keperawatan
a) Isolasi Sosial
b) Harga Diri Rendah Kronis
c) Koping Individu tidak efektif
Diagnosa keperawatan
yang diangkat berdasarkan pohon masalah adalah :
a) Harga Diri Rendah Kronis
b) Koping Individu Tidak Efektif
c) Isolasi Sosial
5.
Perencanaan
a) Tujuan Umum : Meningkatkan
aktualisasi diri dengan membantu menumbuhkan, mengembangkan, menyadari potensi
sambil mencari kompensasi ketidak mampuan.
b) Tujuan Khusus : Klien dapat
mengenal dukungan yang dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan
dengan konsep diri dan membantu klien agar lebih mengerti akan dirinya secara
tepat.
c)
Tindakan Keperawatan : Membantu kilen
mengidentifikasi penilaian tentang diri dan kemudianmelakukan perubahaan
perilaku :
-
Memperluas kesedaran diri
-
Menyelidiki diri
-
Mengevaluasi diri
-
Membuat perencanaan yang realistis
-
Bertanggung jawab dalam bertindak
Berdasarkan pohon masalah diatas dan masalah
keperawatan diangkat dua diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1) Diagnosa Keperawatan I
Harga Diri
Rendah Kronis
Tujuan : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria
Evaluasi
1.1 Ekspresi wajah bersahabat
1.2 Ada kontak mata
1.3 Mau berjabat tangan
1.4 Mau menyebutkan nama
1.5 Mau duduk berdampingan dengan perawat
1.6 Mau mengutarakan masalah yang
dihadapi
Intervensi :
1.1.1 Sapa ramah klien (verbal, non
verbal)
1.1.2 Perkenalan diri dengan sopan
1.1.3 Tanya nama lengkap klien dan
nama panggilan yang disukai klien
1.1.4 Jelaskan tujuan pertemuan
1.1.5 Jujur, menepati janji
1.1.6 Tunjukkan sikap empati dan
menerima klien apa adanya
1.1.7 Beri klien perhatian dan
perhatikan kebutuhan dasar klien
Tujuan : Klien Dapat mengidentifikasi kemampuan dan
aspek positif yang di miliki
Kriteria
evaluasi :
2.1 Kemampuan yang dimiliki klien
2.2 Aspek positif keluarga
2.3 Aspek positif lingkungan yang dimiliki
klien
Intervensi :
2.1.1 Diskusikan kemampaun dan aspek positif
yang dimiliki klien
2.1.2 Setiap bertemu klien,
hindarkan memberi penilaian yang negatif
2.1.3 Utamakan memberi pujian yang realistik
Tujuan : Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
Kriteria evaluasi :
3.1 Klien menilai kemampuan yang dapat
digunakan
Intervensi :
3.1.1 Diskusikan dengan klien kemampian yang
masih dapat di gunakan selama sakit
3.1.2 Diskusikan kemampuan yang dapat
dilanjutkan penggunaannya
Tujuan : Klien dapat menetapkan/ merencanakan kegiatan
sesuai dengan kemampuan yang di miliki
Kriteria
Evaluasi :
4.1 Klien dapat membuat rencana kegiatan
harian
Intervensi
:
4.1.1 Rencanakan bersama klien aktifitas
yang dapat di lakukan setiap hari sesuai kemampuan : Kegiatan mandiri, kegiatan
dengan bantuan sebagian, kegiatan yang membutuhkan bantuan total
4.1.2 Tingkatkan kegiatan yang sesuai dengan
toleransi kondisi klien
4.1.3 Beri contoh cara pelaksanan kegiatan yang
boleh di lakukan
Tujuan : Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi
sakit dan kemampuannya
Kriteria
Evaluasi:
5.1 Klien melakukan kegiatan sesuai
kondisi sakit dan kemampuannya
Intervensi
:
5.1.1 Beri
kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah di rencanakan
5.1.2 Beri pujian
atas keberhasilan klien
5.1.3 Diskusikan
kemungkinan pelaksanaan di rumah
Tujuan : Klien dapat memanfaatkan
sistem pendukung yang ada dikeluarga.
Kriteria Evaluasi :
6.1 Kilen
memanfaatkan sistem pendukung yang ada dikeluarga
Intervensi
:
6.1.1 Beri
pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan Harga Diri
Rendah.
6.1.2 Bantu
keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
6.1.3 Bantu
keluarga menyiapkan lingkungan dirumah.
2) Diagnosa Keperawatan II
Koping individu tidak
efektif
Tujuan : Klien dapat membina hubungan saling percaya
dengan perawat
Intervensi :
1.1.1 Lakukan pendekatan yang
hangat, menerima klien apa adanya dan bersifat empati
1.1.2 Mawas diri dan cepat
mengendalikan perasaan dan reaksi diri perawat sendiri (Misalnya : Rasa marah,
frustasi, simpati)
1.1.3 Sediakan waktu untuk
berdiskusi dan bina hubungan yang suportif
1.1.4 Beri waktu untuk klien
berespon pujian
Tujuan : Klien dapat mengenali dan mengekspresikan
emosinya
Intervensi :
2.1.1 Tunjukkan respon emosional dan
menerina klien apa adanya
2.1.2 Gunakan tehnik komunikasi
terapeutik
2.1.3 Bantu klien mengekspresikan
perasaanya
2.1.4 Bantu mengidentifikasi area
situasi kehidupannya yang tidak berada dalam kemampuannya untuk mengontrol
Tujuan : Klien dapat memodifikasi pola kognitif yang
negatif
Intervensi
:
3.1.1 Diskusikan masalah yang
dihadapi klien
3.1.2 Identifikasi pemikiran
negatif, bantu menurunkan interupsi/ subsitusi
3.1.3 Bantu meningkatkan pemikiran
yang positif
Tujuan : Klien dapat meyakini tentang manfaat mekanisme
koping
Intervensi
:
4.1.1 Terima klien apa adanya,
jangan menentang keyakinannya
4.1.2 Kenalkan realitas
4.1.3 Beri umpan balik tentang
perilaku, stressor dan sumber koping
4.1.4 Kuatkan ide bahwa kesehatan
fisik berhubungan dengan kesehatan emosional
4.1.5 Beri batasan perilaku
maladaptif
Tujuan : Klien dapat melakukan kegiatan yang menarik, dan
aktivitas yang terjadwal
Intervensi
:
5.1.1 Beri klien aktivitas yang
produktif
5.1.2 Beri latihan fisik sesuai
bakatnya
5.1.3 Bersama klien buat jadwal
aktivitas yang dapat dilakukan sehari – hari
5.1.4 Libatkan keluarga dan sistem
pendukung lainnya
3) Diagnosa Keperawatan III
Isolasi
Sosial
Tujuan : Klien dapat membina hubungan saling percaya
dengan perawat
Kriteria Evaluasi :
1.1 Klien dapat menerima kehadiran perawat.
Intervensi :
1.1.1 Bina hubungan saling percaya.
Tujuan : Klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan prilaku menarik
diri.
Kriteria Evaluasi :
2.1 Klien dapat menyebutkan penyebab/ alasan
menarik diri.
Intervensi :
2.1.1 Kaji pengetahuan klien tentang menarik
diri.
2.1.2 Diskusikan bersama klien tentang prilaku
menarik diri.
2.1.3 Beri pujian terhadap kemampuan klien
mengungkapkan perasaannya.
Tujuan : Klien dapat mengetahui keuntungan berhubungan
dengan orang lain dan kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
Kriteria Evaluasi :
3.1 Klien dapat menebutkan 2 dari 3 manfaat
berhubungan dengan orang lain.
Intervensi :
3.1.1 Diskusikan tentang manfaat berhubungan
dengan orang lain.
3.1.2 Dorong dan bantu klien berhubungan dengan
orang lain secara bertahap.
3.1.3 Beri pijian terhadap kemampuan klien dalam
menyebutkan manfaat berhubungan dengan orang lain.
Tujuan : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara
bertahap.
Kriteria Evaluasi :
4.1 Klien dapat menyebutkan cara berhubungan
dengan orang lain.
Intervensi :
4.1.1 Dorong klien untuk menyebutkan cara
berhubungan dengan orang lain.
4.1.2 Dorong dan bantu klien berhubungan dengan
orang lain secara bertahap.
4.1.3 Libatkan klien dalam kegiatan TAK dan ADL
ruangan.
4.1.4
Reinforcement positif atas
keberhasilan yang telah dicapai.
Tujuan : Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah
berhubungan dengan orang lain.
Kriteria Evaluasi :
5.1 Klien dapat mengungkapkan perasaannya
setelah berhubungan dengan orang lain : diri sendiri dan orang lain
Intervensi :
5.1.1 Dorong klien untuk mengungkapkan
perasaannya bila berhubungan dengan orang lain.
5.1.2 Diskusikan dengan klien tentang manfaat
berhubungan dengan orang lain.
5.1.3 Beri reinfircement positif atas kemampuan
klien mengungkapkan manfaat berhubungan dengan orang lain.
Tujuan : Klien dapat memberdayakan sistem pendukung
atau keluarga mampu mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan
orang lain.
Kriteria Evaluasi :
6.1 Keluarga dapat : menjelaskan perasaannya,
menjelaskan cara merawat klien menarik diri, mendemonstrasikan cara perawatan
klien menarik diri, berpartisipasi dalam perawatan klien menarik diri.
Intervensi :
6.1.1 Bisa berhubungan saling percaya dengan
keluarga : salam perkenalkan diri, sampaikan tujuan, buat kontrak, eksplorasi
perasaan keluarga.
6.1.2 Diskusikan dengan anggota keluarga tentang
: perilaku menarik diri, penyebab perilaku menarik diri, akibat yang akan
terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi, cara keluarga menghadapi
klien menarik diri.
6.1.3 Dorong anggota keluarga untuk memberikan
dukungan kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.
6.1.4 Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan
bergantian menjenguk klien minimal 1 minggu sekali.
6.1.5 Beri reinforcement atas hal – hal yang
telah dicapai oleh keluarga.
6.
Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan
keperawatan oleh klien. Hal – hal yang harus diperhatikan ketika melakukan
implementasi adalah tindakan keperawatan yang akan dilakukan implementasi pada
klien dengan Harga Diri Rendah kronis dilakukan secara interaksi dalam
melaksanakan tindakan keperawatan, perawat harus lebih dulu melakukan :
a) Bina Hubungan Saling Percaya (BHSP).
b) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki klien.
c) Klien dapat menilai kemampuan yang
digunakan.
d) Klien dapat menetapkan atau merencanakan kegiatan
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
e) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai
kondisi sakit damn kemampuannya.
f) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung
yang ada dikeluarga. Hal ini dimaksudkan agar tindakan keperawatan selanjutnya
dapat dilanjutkan (Gaffar L. J., 1997).
7.
Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang
berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien (Keliat,
B.A., 1997). Evaluasi dilakukan sesuai dengan tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu evaluasi
proses dan evaluasi formatif, dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan
evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan membandingkan respon klien pada
tujuan yang telah ditentukan. Evaluasi masalah Harga Diri Rendah Kronis
diharapkan klien dapat :
a) Ancaman integritas fisik atau Harga Diri
Rendah klien sudah berkurang.
b) Perilaku klien menunjukkan kemajuan dalam
menerima, menghargai dan meyakini diri sendiri.
c) Sumber koping yang adekuat sudah dimiliki
klien dan digunakannya.
d) Klien dapat memperluas kesadaran diri,
menyelidiki dan mengevaluasi diri.
e) Klien menggunakan respon koping yang
adaptif.
f) Klien sudah mempelajari strategi baru
untuk beradaptasi, dan meningkatkan aktualisasi diri.
g) Klien sudah menggunakan pemahaman yang
tinggi tentang diri sendiri untuk meningkatkan pertumbuhan kepribadian.
Follow Us
Were this world an endless plain, and by sailing eastward we could for ever reach new distances