MAKALAH
ASUHAN
KEPERAWATAN KALA III

DISUSUN OLEH :
1.
ANNISA RESIANA
2.
HIDAYATUL KHOSIDAH
3.
MUHAMMAD
SAEFULLAH
4.
SITI
NURROHMAH WIDHAWATI
2 REGULER B
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN PEKALONGAN
TAHUN
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Persalinan
dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun
pada janin (Saifuddin, 2007 : 100).
Semua
persalinan berisiko saat sebagian besar kehamilan dan kelahiran bukan
menjadi peristiwa besar, sekitar 15 %
ibu hamil berpotensi mengalami komplikasi yang mengancam jiwa yang memerlukan perawatan terampil dan
beberapa ibu hamil memerlukan intervensi obstetrik utama agar dapat
diselamatkan. Di Indonesia, Sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah
sakit, sehingga sering pasien yang bersalin di luar kemudian terjadi perdarahan
post partum terlambat sampai ke rumah sakit, saat datang keadaan
umum/hemodinamiknya sudah memburuk, akibatnya mortalitas tinggi. Menurut Depkes
RI, kematian ibu di Indonesia (2002) adalah 650 ibu tiap 100.000 kelahiran
hidup dan 43% dari angka tersebut disebabkan oleh perdarahan post partum.
Sebenarnya
perdarahan post partum dapat diturunkan dengan penanganan yang optimal dari
tenaga kesehatan. Tetapi dalam menurunkan angka kejadian perdarahan postpartum
akibat perdarahan tidak hanya mengurangi risiko kematian ibu, tetapi juga
menghindarkannya dari risiko kesakitan yang berhubungan dengan perdarahan
postpartum seperti reaksi tranfusi, tindakan operatif, dan infeksi. Jadi yang
menjadi titik utama adalah ketrampilan dari petugas dalam menangani persalinan.
Pemantauan
melekat pada ibu pasca persalinan serta mempersiapkan diri akan adanya kejadian
postpartum merupakan tindakan yang sangat penting. Karena alasan tersebut maka
manajemen aktif kala tiga merupakan hal yang sangat penting dalam upaya
menurunkan kesakitan dan kematian ibu yang disebabkan perdarahan pasca
persalinan, oleh karena itu membatasi makalah yang kami susun dengan pengertian
persalinan kala III, fisiologi persalinan kala tiga, dan manajemen aktif kala
tiga. Sehingga tenaga kesehatan dapat menerapkan dalam praktik persalinan
B.
TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui fisiologi persalinan kala tiga,
penatalaksanaan manajemen aktif kala tiga serta asuhan keperawatan persalinan
kala tiga.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari
penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas maternitas.
C.
SISTEMATIKA
Sistematika pada laporan kasus ini diantaranya adalah
sebagai berikut. BAB I berisi pendahuluan yang meliputi : latar belakang,
tujuan, ruang lingkup, dan sistematika. Kemudian pada BAB II berisi tinjauan
teori meliputi : define persalinan dan kala III, Etiologi, pathogenesis,
manifestasi klinis, fisiologi persalinan, mekanisme persalinan. Untuk BAB III
berisi konsep asuhan keperawatan kala III yang meliputi langkah-langkah dalam
asuhan keperawatan antara lain : pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi. BAB IV sebagai berisi
kesimpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
DEFINISI
Persalinan adalah
pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan dan dapat hidup di luar
kandungan melalui jalan lahir dengan atau tanpa bantuan. (Prof. dr. Ida Bagus
Gde Manuaba, hal 157)
Persalinan adalah
kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir
cukup bulan disusul dengan pengeluaran plasenta dengan selaput janin dari tubuh
Ibu.(FK. UNPAD Bandung, hal 221)
Partus adalah suatu
proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui
vagina kedunia luar.(Hanifa W, 1998 : 180)
Persalinan serangkain
kejadian yang berakhir dengan pengeluaranbayi cukup bulan, disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. (Fakutas Kedokteran
UNPAD, 1983 : 221).
Kala III adalah tahapan
persalinan setelah anak lahir sampai lahirnya seluruh plasenta dan selaput
ketuban. (Buku Ajar Asuhan Kebidanan, hal 825)
Kala III adalah dimulai segera setelah
bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
(Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal, hal 101)
B. ETIOLOGI PELEPASAN PLASENTA
Penyebab terpisahnya plasenta dari
dinding uterus adalah kontraksi uterus (spotan atau dengan stimulus) setelah
kala II selesai. Berat plasenta mempermudah terlepasnya selaput ketuban, yang
terkelupas dan dikeluarkan. Tempat perlekatan plasenta menentukan kecepatan
pemisahan dan metode ekspulsi plasenta. Atau dalam persalinan kala tiga normal
di bagi 4 fase,yaitu:
1.
Fase laten
Di tandai oleh menebalnya dinding
uetrus yang bebas tempat plasenta, namun dinding tempat plasenta melekat masih
tipis.
2.
Fase kontraksi
Ditandai oleh menebalnya dinding
uterus tempat melekat plasenta (dari 1 cm menjadi > 2 cm).
3.
Fase pelepasan Plasenta
Fase plasenta menyempurnakan
pemisahan dari dinding uterus dan lepas. Terpisahnya plasenta disebabkan oleh
kekuatan antara palsenta yang pasif dengan otot uterus yang aktif pada tempat
melekatnya plasenta.
4.
Fase Pengeluaran
Dimana palsenta bergerak meluncur.
Saat plasenta bergerak turun, daerah pemisahan tetap tidak berubah dan sejumlah
darah kecil berkumpul di dalam rongga rahim. Menunjukan pelepasan plasenta
merupakan akibat bukan sebab.
C. PATOGENESIS
1.
Kelainan dari uterus sendiri, yaitu
anomali dari uterus atau servik; kelemahan atau tidak efektifnya kontraksi
uterus.
2.
Kelainan dari plasenta, misalnya plasenta
letak rendah atau plasenta previa.
3.
Kesalahan manajemen kala tiga persalinan,
seperti manipulasi dari uterus yang tidak perlu sebelum terjadi pelepasan
plasenta menyebabkan kontraksi yang tidak ritmik; pemberian uterotonik yang
tidak tepat waktu.
D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda-tanda klinis
dari pelepasan plasenta yaitu :
1. Semburan
darah
2. Pemanjangan
tali pusat
3. Perubahan
bentuk uterus : dari diksoid menjadi bentuk bundar (globular)
4. Perubahan
dalam posisi uterus : uterus naik di dalam abdomen.
Gejala klinis umum yang terjadi ialah
kehilangan darah dalam jumlah banyak 500cc, nadi lemah, pucat, haus, pusing,
gelisah, letih, dan dapat terjadi shock hipovolemik, tekanan darah rendah,
ekstermitas dingin, mual.
E. FISIOLOGI PERSALINAN KALA TIGA
Persalinan kala tiga, otot uterus
(miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah
lahirnya bayi. Penyusutan ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan
plasenta. Karena tempat perlekatan semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta
tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari
dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau
kedalam vagina.
F. MEKANISME PELEPASAN PLASENTA
Plasenta adalah
massa yang bulat dan datar. Permukaan maternal plasenta berwarna antara
kebiruan dan kemerahan serta tersusun dari lobus lobus. Pada plasenta bagian maternal
inilah terjadi pertukaran darah janin dan maternal. Pertukaran ini berlangsung tanpa
terjadi percampuran antara darah maternal dan darah janin. Permukaan fetal plasenta
halus, berwarna putih dan mengkilap serta di permukaannya dapat dilihat cabang vena
dan arteri umbilikalis. Dua selaput
ketuban yang melapisi permukaan fetal adalah korion dan amnion, yang memanjang
sampai ujung bagian luar kantong yang berisi janin dan cairan amnion.
Tali pusat
membentang dari umbilikus janin sampai ke permukaan fetal plasenta. Umumnya
memiliki panjang sekitar 56 cm. Tali pusat ini mengandung tiga pembuluh darah:
dua arteri yang berisi darah kotor janin menuju plasenta dan satu vena yang mengandung
oksigen menuju janin.
Pemisahan plasenta
ditimbulkan dari kontraksi dan retraksi miometrium sehingga mempertebal dinding
uterus dan mengurangi ukuran area plasenta. Area plasenta menjadi lebih kecil,
sehingga plasenta mulai memisahkan diri dari dinding uterus karena plasenta tidak elastis seperti uterus dan
tidak dapat berkontraksi atau beretraksi. Pada area pemisahan bekuan darah retroplasenta
terbentuk. Berat bekuan darah ini menambah
tekanan
pada plasenta dan selanjutnya membantu pemisahan.
Kontraksi uterus
yang selanjutnya akan melepaskan keseluruhan plasenta dari uterus dan mendorongnya keluar vagina
disertai dengan pengeluaran selaput ketuban dan
bekuan
darah retroplasenta



Pelepasan plasenta mencakup beberapa
tanda, yaitu:
a. Perubahan
bentuk dan tinggi fundus.
Setelah
bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat
dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat. Setelah uterus berkontrasi dan
plasenta terdorong kebawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear
atau alpukat atau fundus berada di atas pusat(sering kali mengarah ke sisi
kanan).
b. Tali
pusat memanjang.
Tali
pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda Alfeld)
c. Semburan
darah mendadak dan singkat.
Darah
yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dan
dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retro placenta pooling)
dalam ruang diantara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi
kapasitas tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang
terlepas.
Ada 2 metode untuk mengeluarkan plasenta
:
a. Metode
Schultze
Metode
yang lebih umum terjadi, plasenta terlepas dari satu titik dan merosot ke
vagina melalui lubang dalam kantung amnion, permukaan fetal plasenta muncul
pada vulva dengan selaput ketuban yang mengikuti dibelakang seperti payung terbalik
saat terkelupas dari dinding uterus. Permukaan maternal plasenta tidak terlihat
dan bekuan darah berada dalam kantung yang terbalik, kontraksi dan retraksi
otot uterus yang menimbulkan pemisahan plasenta juga menekan pembuluh darah
dengan kuat dan mengontrol perdarahan. Hal tersebut mungkin terjadi karena ada
serat otot oblik di bagian atas segmen uterus.
b. Metode
Matthews Duncan
Plasenta
turun melalui bagian samping dan masuk ke vulva dengan pembatas lateral
terlebih dahulu seperti kancing yang memasuki lubang baju, bagian plasenta
tidak berada dalam kantung. Pada metode ini kemungkinan terjadinya bagian
selaput ketuban yang tertinggal lebih besar karena selaput ketuban tersebut
tidak terkelupas semua selengkap metode Schultze. Metode ini adalah metode yang
berkaitan dengan plasenta letak rendah didalam uterus. Proses pelepasan
berlangsung lebih lama dan darah yang hilang sangat banyak (karena hanya ada
sedikit serat oblik di bagian bawah segmen)

Prasat untuk Mengetahui apakah
Plasenta Lepas dari Tempat Implantasi
a. Prasat
Kustner
Tangan
kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri menekan daerah
di atas simpisis bila tali pusat masuk kembali ke dalam vagina, berarti
plasenta belum terlepas dari dinding uterus. Bila tetap atau tidak masuk
berarti plasenta sudah terlepas dari dinding uterus. Prasat ini harus dilakukan
dengan hati-hati.
b. Prasat
Strassmann
Tangan
kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri mengetok-ngetok
fundus uteri. Bila terasa getaran tali pusat yang diregangkan ini berarti
plasenta belum terlepas dari dinding uterus.
c. Prasat
klein
Ibu
disuruh mengedan. Tali pusat tampak turun ke bawah. Bila pengedanan-nya
dihentikan dan tali pusat masuk kembali dalam vagina, berarti plasenta belum
terlepas dari dinding uterus.
G. MANAJEMEN AKTIF KALA TIGA
Tujuan manajemen aktif kala tiga
adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat
mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala
tiga persalinan jika dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis. Sebagian
besar kasus kesakitan dan kematian ibu di indonesia disebabkan oleh perdarahan pasca
persalinan dimana sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri dan retensio
plasenta yang sebenarnya dapat dicegah dengan melakukan manajemen aktif kala
tiga.
1.
Keuntungan manajemen aktif kala tiga
- Kala
tiga persalinan yang lebih singkat
- Mengurangi
jumlah kehilangan darah
- Mengurangi
kejadian retensio plasenta
2.
Manajemen aktif kala tiga terdiri dari
tiga langkah utama
a.
Pemberian suntikan oksitosin
Ø Segera
berikan bayi yang telah terbungkus kain kepada ibu untuk diberi ASI
Ø Letakkan
kain bersih diatas perut ibu
Ø Periksa
uterus untuk memastikan tidak ada bayi yang lain
Ø Memberitahukan
pada ibu ia akan disuntik
Ø Selambat-lambatnya
dalam waktu dua menit setelah bayi lahir, segera suntikan oksitosin 10 unit IM
pd 1/3 bawah paha kanan bagian luar
b. Melakukan
penegangan tali pusat terkendali
Ø Berdiri
disamping ibu
Ø Pindahkan
klem kedua yang telah dijepit sewaktu kala dua persalinan pada tali pusat
sekitar 5-10 cm dari vulva
Ø Letakkan
tangan yang lain pada abdomen ibu (alas dengan kain) tepat dibawah tulang
pubis, gunakan tangan lain untuk meraba kontraksi uterus dan menahan uterus
pada saat melakukan peregangan pada tali pusat, tangan pada dinding abdomen
menekan korpus uteri ke bawah dan atas (dorso-kranial) korpus.
Ø Tegangkan
kembali tali pusat ke arah bawah bersamaan dengan itu,lakukan penekanan korpus
uteri ke arah bawah dan kranial hingga plasenta terlepas dari tempat
implantasinya
Ø Jika
plasenta tidak turun setelah 30-40 detik dimulainya peregangan tali pusat dan
tiadk ada tanda-tanda yang menunjukkan lepasnya plasenta, jangan teruskan
penegangan tali pusatSetelah plasenta terlepas, anjurkan ibu untuk meneran ⇒ plasenta akan terdorong
ke introitus vagina. Tetap tegang kearah bawah mengikuti arah jalan lahir

Ø Pada
saat plasenta terlihat pada introitus vagina, teruskan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan. Selaput ketuban mudah robek: pegang plasenta
dengan kedua tangan rata dengan lembut putar plasenta hingga selaput terpilin
Ø Lakukan
penarikan secara lembut dan perlahan-lahan untuk melahirkan selaput ketuban
Ø Jika
terjadi selaput robekan pada selaput ketuban saat melahirkan plasenta, dengan
hati-hati periksa vagina dan serviks dengan seksa
c. Rangsangan
taktil (pemijatan) fundus uteri (masase)
Segera setelah kelahiran plasenta
Ø Letakkan
telapak tangan pada fundus uteri
Ø Jelaskan
tindakan ini kepadd ibu dan mungkin merasa tidak nyaman
Ø Dengan
lembut gerakkan tangan secara memutar pada fundus uteri ⇒ uterus berkontraksi
(gambar 2.8) jika tidak berkontraksi dalam waktu 15 detik, lakukan penatalaksanaan
atonia uteri
Ø Periksa
plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap dan utuh
Ø Periksa
uterus setelah satu hingga dua menit memastikan uterus berkontraksi dengan
baik, jika blm ulangi rangsangan taktil fundus uteri
Ø periksa
kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan dan
setiap 30 menit selama satu jam kedua pascapersalinan.

3.
Plasenta Manual
Manual
plasenta adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat implantasi-nya pada
dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual yaitu dengan melakukan
tindakan invasi dan manipulasi tangan penolong persalinan yang dimasukkan langsung
kedalam kavum uteri. Pada umumnya ditunggu sampai 30 menit dalam lahirnya plasenta
secara spontan atau dgn tekanan ringan pada fundus uteri yang berkontraksi.
Bila setelah 30 mnenit plasenta belum lepas sehingga belum dapat dilahirkan
atau jika dalam waktu menunggu terjadi perdarahan yang banyak, pasenta
sebaiknya dikeluarkan dengan segera. Manual plasenta merupakan tindakan operasi
kebidanan untuk melahirkan retensio plasenta. Teknik operasi plasenta manual
tidaklah sukar, tetapi harus diperkirakan bagaimana persiapkan agar tindakan
tersebut dapat menyelamatkan jiwa penderita.
a.
Prosedur Plasenta Manual
1).
Persiapan
o
Pasang set dan cairan infus
o
Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan
tindakan
o
Lakukan anastesi verbal atau analgesia per
rectal
o
Siapkan dan jalankan prosedur pencegahan
infeksi.
2).
Pencegahan Infeksi Sebelum Tindakan
Sebelum
melakukan tindakan sebaiknya mencuci tangan terlebih dahulu dengan sabun dan
air yang mengalir untuk mencegah infeksi. Mengeringkan tangan dengan handuk
bersih lalu pasang sarung tangan DTT/steril.
o
Tindakan Penetrasi ke dalam Kavum Uteri
a)
Intruksikan asisten untuk memberikan
sedatif dan analgetik melalui karet infuse.
b)
Lakukan kateterisasi kandung kemih.
ü Pastikan
kateter masuk kedalam kandung kemih dengan benar.
ü Cabut
kateter setelah kandung kemih dikosongkan.
c)
Jepit tali pusat dengan kocher kemudian
tegakan tali pusat sejajar lantai.
d)
Secara obstetric maukkan satu tangan
(punggung tangan ke bawah) kedalam vagina dengan menelusuri tali pusat bagian
bawah.
e)
Setelah tangan mencapai pembukaan serviks,
minta asisten untuk memegang kocher kemudian tangan lain penolong menahan
fundus uteri.
f)
Sambil menahan fundus uteri, masukan
tangan ke dalam kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.
g)
Buka tangan obstetric menjadi seperti
memberi salam (ibu jari merapat ke pangkal jari telunjuk).
o
Melepas Plasenta dari Dinding Uterus
a)
Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi
plasenta yang paling bawah
b)
Bila berada di belakang, tali pusat tetap
di sebelah atas. Bila dibagian depan, pindahkan tangan ke bagian depan tal
pusat dengan punggung tangan menghadap ke atas.
c)
Bila plasenta di bagian belakang, lepaskan
plasenta dari tempat implantasinya dengan jalan menyelipkan ujung jari di
antara plasenta dan dinding uterus, dengan punggung tangan mengahadap ke
dinding dalam uterus.
d)
Bila plasenta di bagian depan, lakukan hal
yang sama (dinding tangan pada dinding kavun uteri) tetapi tali pusat berada di
bawah telapak tangan kanan.
e)
Kemudian gerakan tangan kanan ke kiri dan
kanan sambil bergeser ke cranial sehingga semua permukaan maternal plasenta
dapat dilepaskan. Catatan : Sambil melakukan tindakan, perhatikan keadaan ibu
(pasien), lakukan penanganan yang sesuai bila terjadi penyulit.
o
Mengeluarkan Plasenta
a)
Sementara satu tangan masih berada di
kavum uteri, lakukan eksplorasi ulangan untuk memastikan tidak ada bagian
plasenta yang masih melekat pada dinding uterus.
b)
Pindahkan tangan luar ke supra simfisis
untuk menahan uterus pada saat plasenta dikeluarkan.
c)
Instruksikan asisten yang memegang kocher
untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam menarik plasenta ke luar (hindari
percikan darah).
d)
Letakan plasenta ke dalam tempat yang
telah disediakan.
e)
Lakukan sedikit pendorongan uterus (dengan
tangan luar) ke dorsokranial setelah plasenta lahir.
o
Dekontaminasi Pasca Tindakan
Alat-alat
yang digunakan untuk menolong di dekontaminasi, termasuk sarung tangan yang
telah di guanakan penolong ke dalam larutan antiseptic.
o
Cuci Tangan Pascatindakan
Mencuci
kedua tangan setelah tindakan untuk mencegah infeksi.
o
Perawatan Pascatindakan
a)
Periksa kembali tanda vital pasien, segera
lakukan tindakan dan instruksi apabila masih diperlukan.
b)
Catat kondisi pasien dan buat laporan
tindakan d dalam kolom yang tersedia.
c)
Buat instruksi pengobatan lanjutan dan
hal-hal penting untuk dipantau.
d)
Beritahukan pada pasien dan keluarganya
bahwa tindakan telah selesai tetapi pasien masih memerlukan perawatan.
e)
Jelaskan pada petugas tentang perawatan
apa yang masih diperlukan, lama perawatan dan apa yang perlu dilaporkan.(Di
Rumah Sakit).

BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN
KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
1.
Aktivitas/istirahat
Perilaku dapat direntang dari senang sampai keletihan
2.
Sirkulasi
Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat,
kemudian kembali ketingkat normal dengan cepat.
Hipotensi dapat terjadi sebagai respon terhadap
analgesik dan anastesi.
Frekuensi nadi melambat pada respon terhadap perubahan
curah jantung.
3.
Makanan/ cairan
Kehilangan darah normal kira-kira 250-300 ml.
4.
Nyeri / ketidak
nyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki atau menggigil.
5.
Keamanan
Inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir menentukan
adanya robekan atau laserasi. Perluasan episiotomi atau laserasi jalan lahir
mungkin ada.
6.
Seksualitas
Darah yang berwarna hitam dari vagina terjadi saat
plasenta lepas dari endometerium, biasanya dalam 1 sampai lima menit setelah
melahirkan bayi.
Tali pusat memanjang pada muara vagina. Uterus berubah
dari diskoit menjadi bentuk globulat dan meninggikan abdomen.
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Resiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan
Faktor resiko
dapat meliputi :
-
Kekurangan pembatasan masukan oral,
muntah, diaforesis, peningkatan kekurangan cairan, atonia uterus, laserasi
jalan lahir, tertahannya fragmen plasenta.
Tujuan :
- Tidak
terjadi kekurangan volume cairan
Kriteria Hasil :
- Tekanan
darah dan nadi dalam batas normal
- Nadi
dapat diraba
- kontraksi
uterus kuat, aliran lokhea sedang, tidak ada bekuan.
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
|
||
1.
|
Instruksikan klien untuk
mempercepat kontraksi; bantu menggerakkan perhatiannya.
|
Perhatian klien secara alami pada bayi batu lahir, selain itu
keletihan dapat memepengaruhi upaya-upaya individu dan ia memerlukan bantuan
dalam mengarahkan ke arah membantu pelepasan plasenta.
|
2.
|
Kaji tanda vital sebelum
dan sesudah pemberian oksitosin.
|
Efek samping oksitosin
yang sering terjadi adalah hipertensi.
|
3.
|
Palpasi uterus;
perhatikan “ballooning”.
|
Menunjukkan relaksasi
uterus dengan perdarahan kedalam rongga uterus.
|
4.
|
Pantau tanda dan gejala
kehilangan cairan berle-bihan atau syok (mis, periksa TD, nadi, sensorium,
warna kulit, dan suhu). (Rujuk pada Bab 6 MK: Hemoragi Pascapartum.)
|
Hemoragi dihubungkan
dengan kehilangan cairan lebih besar dari 500 ml dapat dimanifestasikan oleh
peningkatan nadi, penurunan TD, sianosis, disorientasi, peka rangsang, dan
penurunan kesadaran.
|
5.
|
Tempatkan klien di
payudara klien bila ia merencanakan untuk memberi ASI
|
Penghisapan merangsang
pelepasan oksitosin dari hipofisis posterior, meningkatkan kontraksi
miometrik dan menurunkan kehilangan darah.
|
6.
|
Mesase uterus dengan
perlahan setelah pengeluaran plasenta
|
Miometrium berkontraksi
sebagai respons terhadap rangsang taktil lembut, maka akan menurunkan aliran lokia dan
menunjukkan bekuan darah.
|
7.
|
Catat waktu dan mekanisme
pelepasan plasenta; misal mekanis-me Duncan versus meka-nisme Schulze.
|
Pelepasan harus terjadi
dalam 5 menit setelah kelahiran.
Lebih banyak waktu diperlukan bagi plasenta untuk lepas, lebih banyak waktu
miometrium tetap rileks, maka lebih banyak darah
hilang.
|
8.
|
Inspeksi permukaan pla-senta
maternal dan janin. Perhatikan ukuran, insersi tali pusat, keutuhan.
|
Membantu mendeteksi
abnormalitas yang mungkin terjadi pada ibu atau bayi baru
lahir.
|
9.
|
Dapatkan dan catat
informasi yang berhubu-ngan dengan inspeksi uterus dan plasenta untuk fragmen
plasenta yang tertahan.
|
Jaringan plasenta yang
tertahan dapat menimbulkan infeksi pascapartum dan hemoragi. Bila terdeteksi,
fragmen harus dilepaskan secara manual atau dengan instrumen yang tepat.
|
Kolaborasi
|
||
1.
|
Hindari menarik tali
pusat secara berlebihan.
|
Kekuatan dapat
menimbulkan putusnya tali pusat dan retensi fragmen plasenta, dan meningkatkan kehilangan darah.
|
2.
|
Berikan cairan melalui
rute parenteral.
|
Bila kehilangan cairan
berlebihan, penggantian secara parenteral mem-bantu memperbaiki volume
sirkulasi dan oksigenasi.
|
3.
|
Berikan oksitosin melalui
rute I.M., atau I.V. drip diencerkan dalam larutan elektrolit, sesuai
indikasi. Preparat ergot I.M. dapat diberikan pada waktu yang sama.
|
Meningkatkan efek
vasokontriksi dalam uterus untuk mengontrol perdarahan pascapartum setelah
pengeluaran plasenta. Bolus I.V. dapat menyebabkan hipertensi maternal.
|
4.
|
Dapatkan dan catat
informasi yang berhubu-ngan dengan inspeksi ja-lan lahir terhadap laserasi.
Bantu dengan perbaikan serviks, vagina, dan luasnya episiotomi.
|
Laserasi menimbulkan
kehilangan darah; dapat menyebabkan hemoragi.
|
5.
|
Bantu pengangkatan
plasenta secara manual dibawah anestesi umum dan kondisi steril.
|
Intervensi manual perlu untuk
memudahkan pengeluaran plasenta dan menghentikan hemoragi.
|
6.
|
Tinggikan fundus dengan
memasukkan jari terus kebelakang dan mengge-rakkan badan uterus ke atas
simfisis pubis.
|
Untuk memudahkan
pemerikasaan internal
|
2.
Resiko cedera berhubungan dengan
Faktor
risiko dapat meliputi :
- Posisi
selama melahirkan, kesulitan dengan pelepasan plasenta.
Tujuan :
- Tidak
adanya tanda/gejala cedera pada ibu dan bayi
Kriteria
Hasil :
- Mengobservasi
tindakan keamanan.
- Bebas
dari cedera maternal.
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
|
||
1.
|
Palpasi fundus dan masase
dengan perlahan
|
Mempermudah pelepasan plasenta
|
2.
|
Masase fundus secara
perlahan setelah pelepas-an plasenta.
|
Menghindari
rangsangan/trauma berlebihan pada fundus.
|
3.
|
Kaji irama pernafasan dan
pengembangan.
|
Pada pelepasan plasenta,
emboli cairan amnion dapat masuk ke sirkulasi maternal, menyebabkan emboli
paru.
|
4.
|
Bersihkan vulva dan
perineum dengan air dan larutan antiseptik steril
|
Menghilangkan kemungkinan
kontaminan yang dapat mengakibatkan infeksi
saluran asenden selama periode pascapartum.
|
5.
|
Rendahkan kaki klien
secara simultan dari pijakan kaki.
|
Membantu menghindari
regangan otot.
|
6.
|
Bantu dalam berpindah
dari meja melahirkan ke tempat tidur atau brankar, dengan tepat.
|
Klien mungkin tidak dapat
menggerakkan tungkai bawah karena efek lanjut dari anestesi.
|
7.
|
Kaji perilaku klien,
perhatikan perubahan SSP.
|
Peningkatan tekanan intra
kranial selama mendorong dan peningkatan curah jantung yang cepat membuat
klien dengan aneurisma serebral sebelumnya berisiko terhadap ruptur.
|
8.
|
Dapatkan sampel darah
tali pusat; kirmkan ke laboratorium untuk me-nentukan golongan darah bayi
baru lahir. Catat informasi berkenaan de-ngan sampel yang di-kirimkan.
|
Bila bayi adalah
Rh-positif dan klien Rh-negatif, klien akan menerima imunisasi dengan imun
globulin Rh (Rh-Ig) pada periode pascapartum. (Rujuk pada Bab 6, MK: klien
pada 4 Jam sampai 3 Hari Pasca Partum.
|
Kolaborasi
|
||
1.
|
Gunakan bantuan venti-lator
bila diperlukan.
|
Kegagalan dapat terjadi
mengikuti emboli amnion atau pulmoner.
|
2.
|
Bila terjadi inversi
uterus:
· Berikan penggantian
cairan, pasang kateter perkemihan indwelling; dapatkan golongan darah dan
pencocokan silang; pantau tanda vital, dan pertahankan pencatatan masukan
atau haluaran dengan cermat.
· Berikan oksitosin I.V.,
posisikan kembali uterus dibawah pengaruh anestesi, dan berikan ergonovin
maleat (ergotrat) I.M. setelah penempatan uterus kembali. Bantu dengan tampon
uterus sesuai indikasi.
· Berikan antibiotik
profilaktik.
|
· Hemoragi maternal cepat
dan syok mengikuti inversi, dan intervensi segera untuk menyelamatkan jiwa
diperlukan. Fungsi ginjal adalah indikator bermanfaat dari tingkat cairan/
perfusi jaringan.
· Meningkatkan
kontraktilitas miometrium uterus.
· Membatasi potensial
infeksi endometrial.
|
3. Resiko
perubahan proses keluarga berhubungan dengan
Faktor resiko dapat
meliputi :
-
Terjadinya transisi (penambahan anggota
keluarga), krisis situasi (perubahan pada peran/tanggungjawab)
Tujuan :
-
Tidak terjadi perubahan proses keluarga
Kriteria
Hasil :
-
Mendemonstrasikan perilaku yang menandakan
kesiapan untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses pengenalan ibu dan bayi
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
|
||
1.
|
Fasilitasi interaksi
antara klien/pasangan dan bayi baru lahir segera mungkin setelah melahirkan.
|
Membantu mengembangkan
ikatan emosi sepanjang hidup di anggota keluarga. Ibu dan bayi memepunyai
periode yang sanngat sensitif pada waktu dimana kemampuan interaksi
ditingkatkan.
|
2.
|
Berikan klien dan ayah
kesempatan untuk menggendong bayi dengan segera setelah kelahiran bila kondis
bayi stabil.
|
Kontak fisik dini menbantu mengembangkan
kedekatan. Ayah juga lebih mungkin untuk berpartisipasi dan aktivitas merawat
bayi dan merasa ikatan emosi lebih kuat bila mereka secara aktif terlibat dengan
bayi segera setelah melahirkan.
|
3.
|
Tunda penetesan salep
profilaksi mata (mengandung eritromisin atau tetrasiklin) sampai klien atau
pasangan dan bayi telah berinteraksi.
|
Memungkinkan bayi untuk
membuat kontak mata dengan orang tua dan secara aktif berpartisipasi dalam
interaksi, bebas dari penglihatan kabur yang disebabkan oleh obat.
|
4. Kurang
pengetahuan berkenaan dengan proses persalinan berhubungan dengan
Faktor resiko dapat meliputi :
- Kurang
informasi , kesalahan interpretasi
Tujuan :
- Informasi
tentang persalinan tercukupi
Kriteria Hasil :
- Mengungkapkan
pemahaman terhadap yang diinformasikan
-
Secara aktif ikut dalam upaya pengeluaran
plasenta
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Diskusikan/tinjau ulang
proses persalinan tahap III
|
Memberikan kesempatan
untuk menjawab pertanyaan/memperjelas kesalahan konsep, meningkatkan
kerjasama dengan aturan.
|
2.
|
Jelaskan alasan untuk
responperilaku tertentu seperti menggigil dan tremor kaki.
|
Pemahaman membantu klien
menerima perubahan tersebut tanpa ansietas atau perhatian yang tidak perlu.
|
3.
|
Diskusikan rutinitas peri-ode
pemuliha selama 4 jam pertama setelah melahirkan. Orientasikan klien pada
staf baru dan unit bila pemindahan terjadi pada akhir tahap ini.
|
Memberikan kesempatan
perawatan dan penenangan meningkatkan kerja sama.
|
5.
Nyeri berhubungan
dengan
Faktor risiko
dapat meliputi :
trauma jaringan,
respon fisiologis setelah melahirkan
Tujuan :
-
Nyeri berkurang
atau terkontrol
Kriteria Hasil :
-
klien
mengungkapakan nyeri berkurang
-
TTV dalam batas
normal
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Bantu dengan menggun-akan teknik pernapasan selama perbaikan pembe-dahan,
bila tepat.
|
Pernapasan membantu mengalihkan perhatian langsung dari
ketidaknyamanan, meningkatkan relaksasi.
|
2.
|
Berikan kompres es pada perinium setelah melahir-kan.
|
Mengkonstriksikan pembuluh darah, menurunkan edema, dan memberikan
kenyamanan dan anastesi lokal.
|
3.
|
Ganti pakaian dan linen basah.
|
Meningkatkan kenyamanan , hangat, dan kebersihan.
|
4.
|
Berikan selimut peng-hangat.
|
Tremor/menggigil pada pasca melahirkan karena hilangnya tekanan secara
tiba-tiba pada saraf pelvis atau kemungkinan dihubungkan dengan transfusi
janin dan ibu yang terjadi pada pelepasan plasenta. Kehangatan meningkatkan
relaksasi otot dan meningkatkan perfusi jaringan, menurukan kelelahan dan
meningkatkan rasa sejahtera.
|
5.
|
Bantu perbaikan episiotomi bila perlu
|
Penyambungan tepi-tepi memudahkan penyembuhan
|
6.
|
Berikan testosteron sipionat / estradiol valekat
setelah pengeluaran plasenta.
|
Untuk menekan laktasi
|
6.
IMPLEMENTASI
Implementasi
adalah insiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tujuan dari pelaksanan adalah untuk membantu klien dalm mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping (Nursalam, 2001).
Menurut Nursalam
(2001) ada 3 tahap untuk malaksanakan tindakan keperawatan yaitu:
1. Tahap
I Persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan
menuntut perawat mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam tindakan,
persiapan tersebut meliputi:
a. Review
tindakan keperawatan yang diidentifikasikan pada tahap perencanaan,
b. Menganalisa
pengetahuan dan keterampilan yang diidentifikasi pada keterampilan yang
diperlukan.
c. Mengetahui
komplikasi dari tindakan keperawatan yang mugkin timbul.
d. Menentukan
dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan.
e. Mempersiapkan
lingkungan yang kondusif sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan.
f. Mengidentifikasi aspek hukum dan etik
terhadap resiko dari potensial tindakan.
2. Tahap
II Intervensi
Fokus tahap pelaksanaan tindakan
perawatan adalah kegiatan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi
kebutuhan fisik dan emosional.
3. Tahap III Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan
harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian
dalam proses keperawatan.
7.
Evaluasi
Evaluasi adalah
tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
seberapa jauh diagnosa keperawatan, karena rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah
berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor
kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analis, perencanaan, dan
pelaksanaan tindakan (Nursalam, 2001).
Adapun kriteria
evaluasi ada 2 macam, yaitu kriteria proses dan kriteria hasil. Kriteria proses
mengevaluasi jalannya proses sesuai dengan situasi, kondis dan kebutuhan
pasien. Sedangkan kriteria hasil mengevaluasi hasil keperawatn yang berupa
”SOAP”.
S : Subyektif, berdasarkan ungkapan
pasien/keluarga pasien.
O : Objektif, berdasarkan kondisi pasien
sesuai dengan masalah terkait.
A : Assesment (penilaian), merupakan
analisa dari masalah yang sudah ada, apakah teratasi, sebagian teratasi,
belum teratasi, timbul masalah baru.
P : Planning (rencana), apakah rencana perawatan
dilanjutkan, dihentikan atau dibuat rencana tindakan keperawatan yang baru
sesuai dengan masalah yang ada.
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir
dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul
dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan
lahir atau melalui jalan lain, berlangsung dengan bantuan atau tanpa bantuan
(kekuatan ibu sendiri).
Persalinan kala tiga adalah dimulai setelah lahirnya
bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Fisiologi
persalinan kala tiga, otot uterus berkontraksi mengikuti berkurangnya ukuran
rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi, Penyusutan à
berkurangnya ukuran tempat implantasi plasenta. Manajemen aktif kala tiga
adalah tindakan untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga
dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangikehilangan darah.
B.
SARAN
1.
Dengan mempelajari
manajemen aktif pada persalinan kala tiga dengan benar maka kita akan dapat
mengurangi resiko perdarahan pospartum yang bisa berakibat fatal pada ibu bersalin.
2.
Bagi para pembaca,
dimana makalah yang kami susun banyak kekurangan dan kurang lengkap, kami mohon
kritik yang bisa membangun sehingga kedepan bisa lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak.
2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Doenges,
Marilynn E.2001. Rencana perawatan maternal/Bayi:pedoman perencanaan &
dokumentasi perawatan klien;alih bahasa, monica ester,Ed.2.Jakarta : EGC
Febri.2010.Konsep
Dasar Persalianan. Diambil pada 29 Januari 2015 dari http://bidanshop.blogspot.com/2010/05/konsep-dasar-persalinan.html
Ifat.
2010. Manajemen aktif kala tiga. Diambil pada 29 Januari 2015 dari http://www.akubidan.com/
JNPK-KR.2007.
Asuhan Persalinan Normal. Ed.3 (revisi).jakarta: jaringan nasional pelatihan
klinik-kesehatan reproduksi, perkumpulan obstetri ginikologi indonesia
(JNPK-KR/POGI).
Manuaba,
Ida bagus Gde.1998. Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan, & Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Moore,
Hacker. 2001.Esensial Obstetri & Ginekologi. Jakarta : Hipokrates
Motherhood,
Safe.2001. modul hemoragi postpartum-Materi pendidikan kebidanan; alih bahasa,
palupi widyastuti. Jakarta : EGC
Prawirohardjo,
Sarwono.2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP
Saifuddin,
Abdul Bari. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
0 comments: